Jokowi Minta Ibu-Ibu PKK Tidak Jadi "Kompor" Jelang Pilpres 2019



Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Jokowi malam ini menghadiri Peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) ke-45 dan Peresmian Pembukaan Jambore Nasional Kader PKK Tahun 2017. Acara ini diadakan di Ruang Krakatau, Hotel Mercure, Ancol, Jakarta.

Dalam pidatonya, Jokowi sempat menyinggung soal perhelatan Pilpres 2019. Meski Pilpres masih 2 tahun lagi, Jokowi mengingatkan agar sesama masyarakat tidak saling mencela, memfitnah, dan menjelekkan hanya karena memiliki perbedaan pandangan politik.

"Seperti ini juga, ibu-ibu PKK perlu menyampaikan, memberikan, menyadarkan kepada seluruh anggota, kepada seluruh masyarakat bahwa negara kita ini negara besar. Jangan sampai ada tetangga yang beda agama saling mencela, saling memfitnah, saling menjelekkan. Beda tetangga, beda kampung, atau suku juga melakukan hal yang sama. Jangan sampai," kata Jokowi di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Senin (2/10).

Tidak hanya itu, ia juga meminta agar ibu-ibu PKK tidak menjadi "kompor" alias memprovokasi suaminya pada saat kontestasi politik yang berlangsung lima tahun sekali itu. 

"Apalagi kita akan ada kontestasi politik. Jangan sampai ada perbedaan suku, agama kemudian dikipas-kipas (provokasi). Nah ini bagian yang pintar mendinginkan suasana ya ibu-ibu. Bapak-bapaknya panas-panasin, ibu-ibunya ngademin. Jangan bapak-bapaknya manas-manasin, ibu-ibunya ikut ngomporin. Wah, jadi ini tugas kita bersama," tuturnya.

Lebih lanjut, Jokowi juga mengingatkan pentingnya hubungan antar masyarakat. Ia mencontohkan 7 suku di Afghanistan yang saat ini tengah berkonflik. Ia berencana untuk mengundang mereka pada Desember nanti untuk menjelaskan keragaman dan toleransi di Indonesia.

"Betapa 7 suku di Afghanistan berantem, sekarang menjadi 40 kelompok. Mungkin nanti bulan Desember kita akan mengundang beliau-beliau, 40 itu di Indonesia. Kita berbicara, agar kita jelaskan keragaman dan berbeda agama kita bisa hidup berdampingan dan bisa bersatu di Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujarnya.

"Kemudian perlu saya ingatkan di tahun 2020, 2025, 2030, Indonesia mengalami bonus demografi. Artinya penduduk dengan usia produktif akan sangat besar, 65 sampai 70 persen. Banyak anak muda yang sangat produktif yang akan hidup di 2020-2030. Artinya apa? Kita memiliki sebuah kesempatan karena ada usia produktif sehingga bisa menggerakkan ekonomi negara kita di Indonesia. Tetapi kita juga harus ingat, jumlah penduduk yang besar, bonus demografi itu adalah pedang bermata dua. Bisa berkah, tapi bisa juga menyebabkan masalah," tutupnya.

sumber: kumparan

loading...

Subscribe to receive free email updates:

loading...