Sudirman Said: Indonesia tidak Bisa Dikelola Ugal-Ugalan
Indonesia yang amat majemuk ini tidak bisa dikelola secara ugal-ugalan. Pengelolaan yang ugal-ugalan hanya akan menghasilkan kerusakan yang dampaknya akan dirasakan, bukan saja hari ini tetapi juga dua generasi ke depan.
Ketua Institut Harkat Negeri, Sudirman Said mengemukakan hal itu saat memberikan kuliah umum (Stadium General) untuk mahasiswa baru Universitas Peradaban, Brebes, Jateng, Selasa (12/9/2017).
Yang dimaksud dengan pengelolaan negara secara ugal-ugalan adalah penegakan hukum yang tebang pilih, membiarkan korupsi merajalela, menabrak aturan dan undang-undang demi memenuhi ambisi segelintir golongan dengan mengabaikan kepentingan publik yang lebih besar, dan sejumlah tindakan lain yang mementingkan ambisi politik dibanding mensejahterakan masyarakat.
“Cara kita mengurus negara hari ini dampakmya akan terasa sampai dua tiga generasi ke depan, terutama apablia kerusakan tatanan terjadi begitu dalam,” imbuh Sudirman.
Lebih lanjut bakal calon gubernur Jateng ini menyampaikan, pengelolaan negara secara ugal-ugalan hanya akan menghilangkan kesempatan Indonesia untuk muncul sebagai negara yang kuat secara ekonomi pada 2030 dan 2040 mendatang sebagaimana diprediksi sejumlah lembaga survei ekonomi dunia.
“Nah peluang menjadi menjadi negara maju secara ekonomi tadi adalah adanya penegakan hukum, pemberantasan korupsi, dan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara,” lanjut bakal calon Gubernur Jateng ini.
Menurut Sudirman, pertarungan memenuhi syarat itu saat ini sungguh berat. Karena saat ini Indonesia mengalami defisit penegakkan hukum, korupsi masih merajalela, politisi busuk di mana-mana, dan persaingan global yang makin hari makin berat.
Sudirman berpandangan, peran generasi muda, pelajar dan mahasiswa sangat penting untuk mengubah keadaan defisit ini menjadi surplus. Karena itu penting bagi generasi muda untuk tidak menjadi asosial dan apolitis.
Generasi muda, kata Sudirman, jangan sekedar menjadi warga negara pembayar pajak, berkomsumsi, bertransaksi, iuran keuangan negara, tapi membiarkan negara disandera para pelaku kejahatan kerah putih (white colar crime),” tandas Sudirman.
Penyidik tangguh KPK ditekan, diteror, sampai disiksa dengan siraman air keras, sampai kini tidak ada tanda tanda pelakunya terungkap. Sementara tersangka kasus korupsi besar karena ada di puncak kekuasaan memain-mainkan hukum dan etika, seperti sulit disentuh. Ini melukai rasa keadilan rakyat. Padahal tujuan akhir dari penyelenggaraan negara adalah mencapai suasana keadilan sosial," tandas dia.
“Mahatma Gandhi bilang, India dijajah begitu lama dengan leluasa bukan karena penjajahnya kuat, tapi karena tidak ada perlawanan. Kemudian Panglima Sudirman bilang, yang membuat kejahatan terus berjaya, karena orang baik tak berbuat apa apa. Diam dan mendiamkan,” imbuh Sudirman.
Untuk itu Sudirman mengajak generasi muda menjadi generasi yang kritis, melek lingkungan, sensitif pada perkembangan sosial, dan melek politik, agar bisa menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
“Sepuluh atau dua puluh tahun dari sekarang Anda tidak ingin negeri kita dalam keadaan lemah kan? Apa yang kita alami hari ini adalah buah dari cara mengelola negara satu dua dekade yang lalu,” pungkas Sudirman Said.
sumber: suaraislam
loading...
loading...