Puluhan Ribu Petani Tebu Ancam Geruduk Istana
Puluhan ribu petani tebu asal Malang, Jawa Timur mengancam akan mrndatangi Istana Negara dalam waktu dekat. Hal itu berkaitan dengan dikenakannya Pajak Penambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen kepada petani tebu.
Ancaman itu dilontarkan oleh Ketua Umum Pusat Koperasi Petani Tebu Rakyat, Muhammad Hamim di Kantor DPP PKB, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Selasa (4/7).
"Kalau petani di bawah maunya datang rame-rame ke Jakarta. Kalau mau dibawa ya bisa demo besar," ujar Hamim.
Menurutnya, PPN sebesar 10 persen yang dikenakan kepada petani tebu sangatlah memberatkan. Bahkan, ia mengklaim bahwa hal tersebut dapat mendatangkan kerugian besar bagi petani.
Karenanya, hal itu menurutnya membuat petani sangat resah dan tidak sabar ingin melakukan protes kepada Presiden. Secara pribadi, Hamim mengaku lebih menginginkan adanya dialog dengan pemerintah terlebih dahulu.
"Semua (dari) Jawa timur, mungkin ada petani tebu Jawa tengah dan Jawa barat juga," ungkapnya
Oleh karenanya, ia mendatangi DPP PKB sebagai partai pendukung pemerintah untuk meminta supaya partai itu membicarakan langsung keresahan petani tebu kepada Presiden.
"Kalau enggak dibendung, ya turun semua. Kita ke kantor PKB itu salah satunya untuk menyampaikan keresahan petani biar ada solusi," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengatakan akan mencabut PPN sebesar 10 persen jika petani tebu masih mengalami kerugian. Namun demikian, kenyataan di lapangan, kata Hamim, tidak sesuai dengan janji yang diucapkan Sri Mulyani karena para pedagang masih menekan petani untuk membeli harga yang sudah disertai dengan pemotongan PPN sebesar 10 persen dari harga pasaran.
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gula sendiri bernilai Rp 11.100 per kg. Sementara itu, Hamim mamaparkan harga pasaran gula saat ini hanya mencapai Rp 10.600.
"Petani telah mengalami kerugian sebesar Rp 1.600 per kilo karena pedagang hanya mau membeli gula dengan harga yang sudah dipotong PPN sebesar 10%, yaitu sebesar Rp 9.500 per kilo," tukasnya.
sumber : rmoljakarta
loading...
loading...