Saat Pemilu, Muslim Myanmar Dirayu Dukung Suu Kyi; Saat Berkuasa Muslim Dibantai



Dulu umat Islam Myanmar memberi dukungan penuh pada Aung San Suu Kyi saat Pemilu 2015, pemilu pertama kali yang berlangsung demokratis dimana akhirnya Aung San Suu Kyi melalui partainya (NLD) menang telak dan berkuasa.

Saat jelang pemilu, Suu Kyi bahkan datang dan kampanye di Rakhine, merayu muslim Rakhine (Rohingya) untuk mendukungnya.

Ini diantara arsip berita dukungan Umat Islam Myanmar pada Aung San Suu Kyi:

[18/10/2015] 
Muslim Myanmar Dukung Suu Kyi

Muslim di Rakhine pada Sabtu (17/10/2015), menyatakan dukungannya pada pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi. Mereka berharap, pemerintahan yang dipimpin oleh Liga Nasional Demokrasi (NLD) dapat memperbaiki kehidupan mereka.

Seperti dilansir The International News, kaum Muslimin Myanmar telah menaruh harapan mereka pada NLD. Dukungan tetap mengalir meski partai tersebut tak mengajukan satu pun Muslim dalam daftar 1.100 kandidatnya untuk pemilihan 8 November 2015.

Ketegangan telah terjadi dalam kampanye untuk pemilihan pertama dalam 25 tahun terakhir di Myanamr. Ini dipicu oleh kritikan kelompok garis keras Budha anti-Muslim, Ma Ba Tha, terhadap NLD.

Pada Sabtu, Suu Kyi berbicara di depan warga di Thandwe, Rakhine State. Banyak Muslim di Thandwe dan desa di sekitarnya yang datang untuk melihat Suu Kyi. Mereka mendukung dan berharap NLD akan membantu mengakhiri diskriminasi dan mendorong rekonsiliasi umat Buddha dan Muslim.

Salah seorang warga, Win Naing mengatakan, memiliki harapan pada NLD. "Kami tidak memiliki hak yang sama. Saya berharap bahwa jika Ibu Suu menang pemilu, kita akan mendapatkan hak yang sama," kata Win Naing.

Pendukung lain, Tun Win, dari sebuah desa di luar Thandwe, mengatakan Muslim menghadapi intimidasi dari Buddha. Menurutnya banyak Muslim telah ditolak kartu identitas nasional oleh pemerintah, membatasi kebebasan bergerak mereka.

"Mereka mengatakan, 'pergi ke Yangon,' tapi kita tidak bisa karena kita tidak memiliki kartu identitas. Kami datang dan pergi di sini dan itu seperti penjara," ungkap Tun Win.

Namun Suu Kyi tidak menyebutkan kekerasan di Thandwe selama pidatonya pada hari Sabtu. Padahal seperti diketahui pada Oktober 2013, ada lima Muslim etnis Kaman yang dibunuh dalam kekerasan agama. Dia juga tidak menyebutkan insiden 2012 terkait pembunuhan 10 Muslim. Ia hanya bicara hal yang lebih luas tentang ketegangan agama dan kekerasan.

"Sangat penting bahwa semua orang tanpa memandang ras dan agama hidup di negara kita harus aman. Kita dapat memiliki kedamaian di negara kita hanya jika orang merasa aman baik secara mental dan fisik," katanya. (ROL)

Baca juga:

[Reuters]
Muslims from violence-torn Rakhine voice support for Myanmar's Suu Kyi



[independent]
Bahkan Suu Kyi MERAYU muslim Rohingya ...

Burma elections: Aung San Suu Kyi woos the Muslim vote with call for unity in Rakhine


Namun kini, ironisnya saat Suu Kyi sudah berkuasa, pembantaian dan genosida atas muslim Rohingya bukannya berhenti malah memuncak. PBB mencatat dalam dua pekan terakhir ini sekitar 1000 muslim Rohingya tewas oleh pasukan Myanmar dan milisi Budhhis. Sementara 270.000 lainnya harus melarikan diri ke Bangladesh.

Inilah juga yang akhirnya membuat Peraih Nobel Perdamaian Uskup Agung Desmond Tutu menulis surat untuk Suu Kyi:

"Saudaraku terkasih: Jika harga politik kenaikan Anda ke kantor tertinggi di Myanmar adalah bungkamnya Anda, harganya pasti terlalu tinggi. Sebuah negara yang tidak berdamai dengan dirinya sendiri, yang gagal untuk mengakui dan melindungi martabat dan nilai semua rakyatnya, bukanlah negara merdeka."

[pii]
loading...

Subscribe to receive free email updates:

loading...