“Orang Selevel Setnov dan OSO Raih Banyak Jabatan Penting, Kita Mundur Sebagai Sebuah Bangsa!”



Pengambilan sumpah jabatan Oesman Sapta Odang (OSO) sebagai Ketua DPD melengkapi deretan fakta bahwa ada sejumlah pejabat tinggi negara yang rangkap jabatan. Sebelumnya, Ketum Golkar Setya Novanto (Setnov) juga rangkap jabatan.
Polemik pun berkembang. Tidak hanya persoalan rangkap jabatan yang disorot publik, tetapi juga karakter dan kredibilitas dua tokoh itu terus dipertanyakan.
Direktur Yayasan Denny JA untuk Indonesia Tanpa Diskriminasi, Elza Peldi Taher, turut mempertanyakan kapasitas OSO dan Setnov yang rangkap jabatan.
“Rasanya kita mundur sebagai sebuah bangsa jika orang selevel Setya Novano dan Oesman Sapta Odang meraih begitu banyak jabatan penting,” tegas Elza di akun Twitter ‏@elzataher.
Menurut tokoh Paramadina ini, OSO tidak punya visi kenegarawanan. Hal itu disampaikan Elza setelah mencermati wawancara OSO. “Nonton wawancara Oesman Sapta Odang, standar banget,  tanpa visi kenegarawanan. Kok bisa  jadi ketua parpol dan punya dua jabatan penting?” tulis @elzataher.
Sebelumnya, pakar hukum tata negara (HTN) dari Universitas Islam Indonesia (UII) Masnur Marzuki menilai mekanisme pemilihan Ketua DPD yang akhirnya memilih Oesman Sapta Odang sebagai Ketua DPD, Nono Sampono Wakil Ketua I, dan Darmayanti Lubis sebagai Wakil Ketua II, telah mengangkangi putusan Mahkamah Agung (MA). 
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas bahkan menganggap pemilihan Pimpinan DPD yang berlangsung Selasa dini hari (04/04), ilegal. 
Hemas menegaskan, DPD seharusnya mentaati putusan Mahkamah Agung Nomor 38P/HUM/2016 dan Nomor 2OP/HUM/2017 yang menyatakan pemotongan masa jabatan pimpinan DPD dari lima tahun menjadi dua setengah tahun bertentangan dengan undang-undang.



loading...

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

loading...