SBY: Publik Harus Diberi Ruang Untuk Menyampaikan Kritik, Kalau Tidak Nanti Akan Meledak
Dalam Program talk show televisi "A1 Setengah", Rabu (6/9/2017), yang ditayangkan stasiun TV Trans 7 dan dipandu dua pembaca acara Alfito Deanova dan Iwel Sastra tersebut, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan banyak hal diantaranya cara dan metodenya selama sepuluh tahun memimpin negara.
SBY menjelaskan selama kepemimpinannya ia memiliki pandangan dan cara sendiri menghadapi kritik. Negara demokrasi, tambahnya harus memberi ruang kepada publik untuk menyampaikan aspirasi, keresahan dan ketidaksukaan terhadap pemerintah.
"Negara demokrasi harus memberi ruang kepada rakyat untuk mengekspresikan pikirannya, pandangannya, keresahannya, termasuk barangkali ketidaksukaannya kepada pemimpin kepada pemerintah. Sepanjang itu dilaksanakan dengan tertib tidak mengganggu keamanan publik, menurut saya perlu diberi ruang," kata SBY.
“Banyak contoh, kalau ruang kebebasan kurang, ini akan menjadi masalah sosial yang bisa meledak. Oleh karena itu selama kepemimpinan saya berikan ruang. Ini amanah reformasi. Kita harus memberi ruang yang cukup kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasi."
"Toh dengan kritik dengan unjuk rasa yang sering saya alami dulu, nyatanya pemerintahan tetap jalan, ekonomi juga tumbuh."
"Justru kita dengar apa yang tidak disukai rakyat. Karena yang tidak disukai itu penting untuk pengembangan kebijakan lebih lanjut."
Ditambahkannya, dalam menjawab kritik, SBY selalu menerima dengan baik karena menganggap kritik merupakan obat.
“Kita perlu sparring partner, sepanjang cara pandang kita menerima kritik juga baik, maka kritik akan menjadi obat yang mujarab dan membuat jadi lebih baik,” tambahnya.
BEDA BANGETTT...
MILITER TAPI DEMOKRATIS..
SEDANG SIPIL, TAPI... AH SUDAHLAH
Selengkapnya rekaman video SBY di A1 Setengah:
[pii]
loading...
loading...