Pengungsi Rohingya: Di Medan Banyak Suku & Agama, tapi Damai, tak ada Bunuh-bunuhan
Ratusan pengungsi Rohingya di Indonesia masih diselimuti rasa trauma atas kejadian di negara bagian Rakhine, Myanmar, kembali memanas.
Menurut pengungsi Rohingya, Kamal Hussein Arakani (28), perbedaan hidup beragama antara Myanmar dengan Indonesia sangat kontras. Padahal suku dan agama di Indonesia jumlahnya lebih banyak dibanding dengan Myanmar. Akan tetapi di Indonesia masyarakat lebih toleran terhadap perbedaan agama.
"Sebenarnya di Myanmar kami tidak ada masalah. Genosida yang terjadi karena masalah perbedaan agama, hanya itu alasannya. Pemerintah dan kelompok ektrimis buddha tidak suka kami, karena berbeda agama," ujar Kamal kepada Okezone di pengungisan Rohingya di Jalan Jamin Ginting, Kota Medan, Rabu 6 September 2017.
Kamal pun kabur dari Myanmar dan sampai ke Aceh, Indonesia pada tahun 2015 lalu. Setelah itu dia dibawa pihak imigrasi Indonesia ke tempat penampungan di Medan.
Selama lebih dari 1 tahun, dia bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar lokasi penampungan. Selain itu, Kamal juga diberikan pendidikan di beberapa tempat belajar di Medan.
"Warga di sekitar sini baik. Pemerintah Indonesia baik. Kami sangat berterimakasih kepada bapak dan ibu (masyarakat Indonesia)," katanya. sembari tersenyum.
Selama belajar dan membaca pemberitaan di Indonesia, Kamal merasa di Indonesia mayoritas masyarakatnya memiliki sikap toleransi terhadap perbedaan agama.
"Di Medan banyak macam suku dan agama, tapi di sini damai. Tidak ada bunuh-bunuhan karena berbeda agama. Toleransi di Indonesia harus dicontoh pemerintah Myanmar. Jangan buat kami menderita hanya karena berbeda agama," harap Kamal. [okz]
loading...
loading...