Abaikan Warga Rohingya, Suu Kyi ‘Ditegur’ Peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai



Konflik berdarah yang terus terjadi di negara bagian Rakhine, Myanmar, turut mencuri perhatian seorang peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai. Dalam sebuah pernyataannya, Yousafzai meminta agar Penasehat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi untuk segera menentukan sikap.
Dalam sebuah tulisannya, seperti dirilis CNN, Yousafzai mendesak agar Suu Kyi merilis pernyataan yang mengutuk aksi persekusi militer Myanmar terhadap warga etnis Rohingya.
“Selama beberapa tahun ke belakang, saya berulang kali telah mengutuk perlakuan yang tragis dan memalukan ini. Saya juga masih menunggu Aung San Suu Kyi, sesama peraih Nobel Perdamaian untuk melakukan hal yang sama,” tulis Yousafzai.
“Dunia dan Muslim Rohingya menunggu Anda,” sambung Yousafzai lagi.
Yousafzai juga mengecam pernyataan pemerintah Myanmar yang menyebut Rohingya sebagai pendatang dan bukan warga asli Myanmar.
“Jika rumah mereka bukan Myanmar, tempat mereka tinggal selama ini, lalu di mana rumah mereka? Warga Rohingya seharusnya diberi kewarganegaraan Myanmar, negara tempat mereka dilahirkan,” tambah Yousafzai.
Tak hanya itu, aktivis berusia 20 tahun tersebut juga meminta agar negara-negara lain turut memberikan bantuan kepada para pengungsi Rohingya yang saat ini tengah terdesak oleh operasi militer di Myanmar.
“Negara-negara lain, termasuk negara tempat saya berasal, Pakistan, harus mencontoh Bangladesh yang memberikan makanan, tempat tinggal, dan akses pendidikan kepada keluarga Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan dan teror,” pungkasnya.
Seperti dikabarkan sebelumnya, saat ini puluhan warga Rohingya tengah mencoba untuk melarikan diri dari desa tempat mereka tinggal di Rakhine. Pasalnya, militer Myanmar dikabarkan terus melakukan tindakan-tindakan represif terhadap mereka.
Meski begitu, militer Myanmar berdalih aksi tersebut dilakukan untuk mencari kaum ekstremis Rohingya yang kerap menyerang petugas berwajib Myanmar.
Malala Yousafzai sendiri merupakan peraih Nobel Perdamaian pada tahun 2014. Penghargaan tersebut diterimanya setelah perjuangannya untuk membela hak anak-anak Pakistan yang berada di bawah tekanan Taliban mencuat ke publik beberapa tahun lalu.
loading...

Subscribe to receive free email updates:

loading...