“Sudah Merdeka Belum,”Tanya Pak Jokowi! “Belum,"Jawab Rakyat
Judul tulisan di atas, sebenarnya hanya sebuah ilustrasi alias pengandaian. Misalnya, apabila Pak Joko Wiodo (Jokowi) presiden RI kita sekarang bertanya kepada rakyat miskin yang masih dibaluti aneka kesulitan ekonomi, apa kira-kira jawaban mereka. Anda bisa tebak?
Mungkin secara polos, ada yang menjawab sudah merdeka dengan suara lantang, karena yang bertanya itu seorang presiden. Orang yang paling dihormati di Indonesia saat ini. Tetapi, ada yang mungkin kebingungan dan tidak bisa menjawab. Dan, mungkin ada juga yang diam saja karena memang biasa cuek atau karena orangnya pendiam.
Lalu, bagaimana dengan Anda yang tiba-tiba mendengar pertanyaan itu dari seorang Presiden? Penulis tidak tahu apa yang Anda jawab. Apakah Anda menjawab sudah merdeka atau belum. Itu jelas tergantung siapa Anda sekarang.
Namun, bagi rakyat miskin yang lugu alias polos, yang menjawab sudah merdeka, prakiraannya hanya karena ini. Pertama, mereka menjawab itu, karena mereka dari dulu sudah tahu bahwa Indonesia memang sudah merdeka dari penjajah, yaitu Belanda dan Jepang.
Kedua, mereka menjawab itu dengan penuh semangat, karena yang bertanya itu adalah seorang presiden Republik Indonesia saat ini. Mereka mungkin menjawabnya dengan rasa bangga karena mendapat pertanyaan langsung dari seorang Presiden itu tadi yang selama ini mereka hanya dengar dan lihat di televise.
Arti dan pesan kemerdekaan
Dan apa pun itu, yang jelas mereka menjawab itu sambil memegang dan menahan perutnya yang lapar, karena kurang makan, atau karena kurang gizi. Kasihan rakyat seperti itu. Mereka berteriak merdeka, tetapi sebenarnya belum merdeka secara sungguh-sungguh.
Sekali lagi, kenapa mereka berteriak seperti itu? Karena mereka belum mengerti arti, pesan dah hakikat kemerdekaan yang sesungguhnya, Mereka juga belum mengerti substansi dari kemerdekaan. Rakyat miskin yang kurang berpendidikan tidak tahu kalau kemerdekaan yang diproklamirkan itu barulah kemerdekaan secara politis.
Dengan diproklamirkan kemerdekaan, secara eksistensial suatu bangsa telah dicuatkan dalam percaturann politik dunia dan mendapat pengakuan secara internasional. Jati diri bangsa pun diperteguh secara hukum pula.
Dan dengan diproklamirkan kemerdekaan, tersembul secara eksplosif sinergi harapan tentang terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.
Artinya, kemerdekaan adalah jembatan menuju kemakmuran dan kesejehteraan rakyat. Proklamasi adalah pintu bagi dibukakan kesejahteraan, dan jalan kemakmuran dan keadilan bagi seluruh anak bangsa.
Itulah yang dikatakan pula oleh Ernest Renan, yang mengatakan bahwa suatu bangsa adalah keinginan untuk hidup bersama dan kesepakatan untuk berkorban. Berkorban untuk meraih cita-cita bersama, yaitu meraih kemerdekaan dalam hal politik dan ekonomi, bahkan juga mental.
Sayang bahwa cita-cita bersama dalam meraih kemerdekaan itu belum juga terwujud sampai hari ini. Rakyat miskin masih tetap miskin, yang menganggur masih kesulitan cari kerja. Jadi, kalau dikatakan bahwa rakyat miskin sekarang sudah merdeka, ya, jelas sekali mereka belum merdeka.
Kalau misalnya mereka ditanya oleh Pak Jokowi, tentang sudah merdeka atau belum, mereka akan menjawab seperti yang diuraikan di atas dengan sejumlah alasan seperti itu.
Segera merdekakan rakyat
Sekarang tidak ada alasan lain selain rakyat harus segera dimerdekakan dari segala kesulitan atau belenggu ekonomi. Presiden Jokowi dan para pemimpin negeri ini harus segera bangkit dan berjuang sekuat tenaga untuk memerdekakan rakyat.
Para pemimpin harus mengobarkan spirit kemerdekaan dengan kata dan perbuatan untuk menjebol benteng keterbelengguan diri dan bangsa dari segala kebobrokan yang menghimpit kemerdekaan bangsa dan membelenggu orang-orang miskin.
Pemimpin harus punya rencana dan target bahwa dalam beberapa tahun ke depan, rakyat seluruhnya tidak ada lagi yang hidup miskin, tidak ada lagi yang sulit cari kerja, dan lain-lain.
Supaya rakyat tidak lagi berteriak merdeka sambil memegang perutnya yang lapar, sambil pusing karena memikirkan dari mana agar bisa dapat uang untuk membeli segala kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan dan papan.
Betapa besarnya dosa yang dipikul para pemimpin negeri ini jika rakyat tetap, bahkan semakin hidup dalam kubangan, sedangkan para pemimpin terlena dalam kenikmatan dan bergelimpangan materi.
Para pemimpin, yang punya rumah mewah, mobil mewah, tidur di kasur empuk, bisa berpelesiran kemana-mana, tapi ingat rakyat.
Sekali lagi ingat…
loading...
loading...