Faktanya Jenazah Nenek Hindun Diurus Kader PKS dan Diantar Ambulance Anies-Sandi
Kubu Tim Sukses pasangan calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, meminta isu penolakan pengurusan jenazah Nenek Hindun, diluruskan.
Sebab, dalam kenyataannya, yang mengurusi jenazah Nenek Hindun adalah kader-kader PKS yang merupakan pendukung Anies-Sandi.
"Perlu diluruskan agar mendapat pemahaman yang utuh," kata anggota tim sukses Anies-Sandi, Andre Rosiade saat dihubungi Republika.co.id, Minggu (12/3/2017).
Menurut wakil sekretaris jenderal DPP Partai Gerindra itu, selain kader-kader PKS yang memandikan dan menshalatkan jenazah, yang mengantarkan jenazah Nenek Hindun ke pemakaman adalah ambulans dari tim sukses Anies-Sandi. Sementara, mobil ambulans dari Golkar dan PDIP yang merupakan partai pengusung Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat saat dihubungi warga sedang penuh atau tidak ada.
"Sekali lagi kami menghimbau umat Islam tetap tenang, tetap melaksanakan syariat. Kalau ada saudara seiman kita yang meninggal kita tentu harus tetap membantu proses pemakamannya. Dari memandikan, mengkafani, mensholatkan sampai mengantar ke kuburan," kata Andre.
Secara umum, Andre meminta umat Islam tetap bersatu dan membantu sesama saudara. Andre menekankan, beda pilihan dalam demokrasi adalah hal yang biasa.
Meski dalam Islam ada aturan yang menyatakan memilih pemimpin non-Muslim itu dilarang, namun selayaknya aturan itu tidak merusak tenun kebangsaan dan kebinekaan.
"Jangan sampai umat Islam terkotak-kotak dengan pilihan. Berbeda pilihan itu adalah bagian dari demokrasi, mari kita tunjukkan bahwa Islam itu rahmatan lil 'alamin," jelas Andre.
Sebelumnya, berkembangnya berita terkait nenek Hindun (78 tahun) warga RT 09/RW 05 Karet, Setiabudi yang disebut ditolak disholatkan di musala karena berbeda pilihan politik di Pilkada DKI, meresahkan warga dan Ketua RW setempat.
Ketua RW 05, Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Ishak mengatakan apa yang disampaikan di media bahwa jenazah almarhum tidak disholatkan atau ditolak warga itu tidak benar. Kesalahan informasi tersebut, menurutnya, karena informasi yang sepotong-sepotong didapatkan wartawan, beberapa hari setelah jenazah almarhumah dimakamkan.
Padahal, kata dia, tidak lama setelah almarhum meninggal pada hari Selasa (7/3), saat itu juga pengurus Musala Almukminun membantu proses pemandian dan pengafanan.
Terkait jenazah yang tidak disholatkan di musala yang sempat dipersoalkan keluarga korban, Ketua RW menyampaikan ini bukan karena penolakan terkait pilihan politik. Akan tetapi waktu yang saat itu memang sudah sangat singkat jelang petang hari.
"Sedangkan keluarga almarhumah meminta agar jenazah dimakamkan hari itu juga," ujarnya.
Ucapan senada juga terlontar dari Ketua RT 09/RW 05, Abdul Rachman, Ketua RT 09/RW 05, Abdul Rachman mengatakan, tidak benar informasi yang berkembang di media bahwa jenazah almarhumah ditolak disholatkan di Musala Almukminun karena perbedaan pilihan politik. Ia mengungkapkan, jenazah dishalatkan di rumah karena memang kondisi waktu dan cuaca saat itu.
Setelah mengetahui nenek Hindun meninggal Selasa (7/3), Ia yang saat itu sedang bekerja langsung meminta bantuan warga seadanya kepada keluarga almarhumah. Setelah pulang, ia bersama sekretaris RT, menyiapkan berbagai kebutuhan pemakaman mulai surat menyurat, menggerakkan warga untuk membantu pembelian papan nisan dan kain kafan hingga meminta dana bantuan sosial ke warga-warga.
Bahkan, wargapun berinisiatif menghubungi ambulans dari partai-partai ke Musala Almukminun. Syamsul Bahri, warga RT 05 mengatakan, warga menelpon ambulans dari partai Golkar, PDI Perjuangan dan Gerindra.
"Hanya ambulans dari partai Gerindra yang bisa datang ke Musala Almukminun," ujarnya kepada wartawan.
Usai pemandian dan pengafanan, jenazah langsung dishalatkan di rumah duka bersama keluarga dan warga.
"Jam setengah enam, selesai pengkafanan langsung shalat ke mobil ambulans (jenazah) berangkat. Karena sore, macet, agak terhambat selesai hujan lebat juga, jadi ada hambatan menuju ke kuburan," kata Ketua RT menimpali.
Sumber artikel: Republika.co.id
loading...
loading...