Nelayan Geruduk PTUN Tolak Reklamasi: Laut itu untuk Rakyat, Jangan Seenaknya direbut Bangsa Asing



Puluhan nelayan yang tergabung dalam  Komunitas Nelayan Nelayan Tradisional (KNKT) Muara Angke menggeruduk Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta, Jalan Sentra Primer Baru Timur, Pulo Gebang, Jakarta Timur Jakarta, hari ini, untuk menolak reklamasi dan mengawal persidangan gugatan pembatalan reklamasi teluk Jakarta.

Dalam orasinya, Koordinator KNKT Muara Angke Iwan mengatakan, reklamasi mengancam tempat tinggal dan tempat mencari nafkah para nelayan, karena itu, mereka akan berjuang untuk merebut hak-haknya yang telah disingkarkan karena keluarnya SK Gubernur Jakarta tentang reklamasi.

"Kenapa kami yang harus menderita dan dimiskinkan sementara pengembang yang menikmati. Laut itu untuk semua rakyat, karena itu anugerah tuhan, jangan seenaknya saja direbut kapitalis dan bangsa asing," katanya.

PTUN Jakarta hari ini menyidangkan gugatan yang diajukan Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta atas tiga Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Pemprov DKI Jakarta pada tanggal 21 Januari 2016, yaitu SK No 2268/2015, pulau F untuk PT Jakarta Propertindo, SK No 2269/2015 Pulau I untuk PT Jaladri Eka Pakci, dan SK No 2485/2015 Pulau K untuk PT pembangunan Jaya Ancol. 
Pada Mei 2016, PTUN mengabulkan gugatan nelayan atas Surat Keputusan Gubernur DKI Nomor 2.238/2014 tentang Pemberian Izin reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta kepada PT Muara Wisesa Samudra. Namun, putusan itu kemudian dibatalkan oleh PTTUN di tingkat banding.

"Sebagai nelayan yang telah dirampok dan dirampas haknya oleh pengembang kami akan meminta keadilan dinegeri ini pada hakim," tambahnya.

Nelayan lainnya, Khalil, menceritakan setelah keluarnya SK tentang reklamasi, pendapatan nelayan Muara Angke turun drastis.

Mereka, kata Khalil, terpaksa harus berutang terlebih dahulu bila ingin berlayar lagi, sebab hasil tangkapan ikan tidak bisa menutup modal membeli solar. "Kami menolak keras reklamasi. Karena dampaknya membunuh kehidupan massa depan nelayan, Pendapatan sudah tidak bisa dibayangkan lagi, sudah sangat buruk. Untuk mencukupi kehidupan anak istri jadi susah, hancur," kata Khalil.

sumber : rimanews


loading...

Subscribe to receive free email updates:

loading...