Adnin Armas: Titik Penting Kepemimpinan Islam adalah Urusan Agama
Pengurus Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustaz Adnin Armas mengatakan titik penting dalam kepemimpinan Islam adalah tujuan utamanya urusan agama, dan karena urusan agama, tentu itu tidak bisa dilakukan oleh non-Muslim. Karena bagaimana ia akan berpikir tentang agama kalau dia tidak percaya Allah dan Rasul-Nya.
Hal itu ia sampaikan dalam Seminar Kepemudaan "Pemimpin Pembangun Peradaban" di Auditorium Universitas Al Azhar Indonesia, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad (22/1/2017).
Ustaz Adnin mengatakan bahwa hal itu menjadi catatan penting. Maka dari itu dalam sejarah peradaban Islam inilah yang tidak terpikir oleh mereka bahwa konsep Islam dalam kepemimpinan disana ada persoalan agama.
“Berbicara agama dalam kepemimpinan, berbicara kepemimpinan dalam agama, keduanya tidak bisa dilepas bagaikan 2 sisi mata uang. Karena untuk apa kekuasaan kalau hanya menuju kehancuran akidah”, tuturnya.
Berbicara soal kepemimpinan, Ustaz Adnin mengatakan bahwa kedudukan ulama lebih tinggi.
“Dalam struktur konsep Islam terhadap masyarakat, yang paling tinggi itu bukan birokrat tapi ulama. Karena mereka adalah para pewaris Nabi. Manusia yang paling tinggi statusnya adalah Nabi. Bahkan malaikat pun bersujud kepada Nabi. Kemudian yang menjadi pewaris Nabi adalah para ulama. Tentu ulama yang berwibawa seperti Imam Bukhari, Imam Syafi’i dan seterusnya. Karena tanpa mereka kita sesat”, jelasnya.
Lebih lanjut, Ustaz Adnin membahas soal tafsir Al Maidah ayat 51 yang belum banyak umat ketahui. “Makna dasar dari “waliy” adalah kedekatan. Dalam Tafsir Imam Fakhruddin Ar-Razi, Ia menerjemahkan “awliyaa” dengan makna “anshar” atau penolong. Maksudnya yang harus lebih kita cerna adalah sebagai penolong saja jangan, apalagi pemimpin,” tegasnya.
Ustaz Adnin mengatakan saat ini Indonesia telah menjadikan mereka (non muslim) sebagai “awliya” atau penolong dalam aspek perekonomian.
“Saat ini kita 90 % bergantung pada mereka dalam hal ekonomi. Memang tidak mudah membalikkan keadaan, karena bangsa ini masih lemah. Kita bekerja dan menjadi anak buah mereka. Jadi dalam konteks ekonomi kita jadikan mereka “awliya”. Ini juga perlu diperhatikan ketika kita berbicara kepemimpinan. Perlu sebuah perubahan agar kita tidak menjadikan mereka sebagai penolong”, ujarnya.
“Ruh kelemahan umat Islam itu membawa kehancuran dunia ataupun skala nasional. Maka perlu perjuangan untuk mengubahnya. Terutama bagi para pemuda, panjang waktu yang dimiliki. Potensi dan energi juga ada. Tapi kalau kita kuat, Insyaallah dampaknya akan baik bagi Negara bahkan dunia dan umat manusia”, tutur Ustaz Adnin.
sumber : suaraislam
loading...
loading...