Pembantaian Rohingya, Komisi I Pertanyakan Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi
Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari mempertanyakan mengapa Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi diam saat pembantaian Muslim Rohingya terjadi. Padahal, ia adalah pemegang nobel perdamaian.
“Kenapa sang peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi diam? Apakah beliau takut kehilangan banyak suara dalam pemilihan umum atau sesungguhnya kelompok ‘pro-demokrasi’. Kita harus mengetuk hati negara-negara dunia,” katanya dalam rilis yang diterima Kiblat.net pada Ahad (28/08).
Ia juga mengatakan bahwa krisis yang memeberikan di Rohingya diperlihatkan dengan ‘manusia perahu’. Ia menegaskan, rombongan manusia yang kurus kering dan penuh luka berdempetan di kapal-kapal yang dapat karam sewaktu-waktu.
“Maka, rombongan pengungsi Rohingya tidak boleh diidentifikasi sebagai beban dan ancaman,” tegas Kharis.
Kharis juga mendorong pemerintah Indonesia membuat gagasan tentang pendirian sebuah institusi atau mekanisme pendanaan global untuk pengungsi Rohingya. Namun, hal ini harus dibarengi dengan upaya untuk menyelesaikan akar dari krisis Rohingya ini.
“Yaitu eksklusi dan diskriminasi terhadap orang-orang Rohingya di Myanmar,” ujarnya.
Karena itu, dalam jangka menengah dan panjang, negara-negara ASEAN seperti Indonesia dan Malaysia, harus memulai upaya diplomasi untuk mengakhiri persekusi terhadap komunitas Rohingya di Myanmar.
“Harus ada upaya diplomatis untuk membuat pemerintah Myanmar merasa bahwa keuntungan melanjutkan persekusi jauh lebih kecil dari biaya yang harus ditanggung oleh pemerintahnya jika terus melanjutkannya,” ucapnya.[kbt]
loading...
loading...