Mendapat Surat Terbuka Soal Anggaran SNSD, Ketua Bekraf Triawan Munaf Tak Berkutik Akhirnya Ngeles



Kedatangan artis Korea SNSD yang berujung memalukan bagi bangsa Indonesia di mata dunia karena terjadi pelecehan seksual terhadap Taeyeon SND saat tiba di bandara Soekarno Hatta, membuat netizen melayangkan SURAT TERBUKA kepada Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf.

SURAT TERBUKA yang dibuat netizen Iramawati Oemar di akun fbnya ini bahkan sempat ditanggapi oleh Triawan Munaf, sebelum akhirnya komen dari Triawan Munaf lenyap.

Dalam komentarnya yang sempat di-screen shot oleh netizen, Triawan Munaf tak mau membeberkan berapa biaya dan dari mana sumber dananya mendatangkan SNSD dalam acara yang digelar pemerintah RI dengan tajuk Countdown Asian Games 2018 pada 18 Agustus kemarin di Monas yang langsung diresmikan oleh Presiden Jokowi.

Triawan hanya berkelit dengan pernyataan "Kalau sponsornya tidak mau diungkap gimana?".

Bukankah itu acara resmi pemerintah RI? Dan pemerintah wajib transparan kepada rakyat asal usul dan berapa anggaran yang dihabiskan untuk mendatangkan SNSD yang konon sekali manggung Rp 6 Miliar.

Berikut SURAT TERBUKA Kepada Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf yang ditulis Iramawati Oemar hari Minggu (20/8) kemarin:

"Surat Terbuka kepada Yth. Bapak TRIAWAN MUNAF, kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)"

Selamat sore/petang Pak Triawan. Semoga bapak sekeluarga sehat dan dalam lindungan Allah. Mudah-mudahan di penghujung akhir pekan ini bapak tidak terlalu sibuk, sehingga masih tersisa waktu untuk merenungkan "HASIL" yang didapat negeri ini dari mengundang/mendatangkan artis/girl band idola yang sedang naik daun asal Korea.

Adakah nilai tambahnya bagi bangsa dan negara SEBANDING dengan dana yang dikeluarkan dari kas negara?

Ini PENTING, pak Triawan, membuat neraca "rugi/laba" dari aktivitas yang diselenggarakan Badan yang anda pimpin. Sebab, selain dananya dari kas negara yang nota bene diperoleh dari pajak yang dibayar rakyat, terlebih lagi karena lembaga negara yang anda pimpin menyandang nama "Badan EKONOMI Kreatif".

Artinya nilai tambah ekonomis selayaknya jadi bahan kajian sebelum dan sesudah aktivitas digelar.

Mengundang artis asing datang dan menggelar aksi panggung di negara kita bisa diibaratkan dengan mendatangkan komoditi impor. Bedanya komoditi yang diimpor adalah "aktivitas seni", bukan kebendaan, namun bisa digolongkan "jasa/hiburan/seni".

Tapi esensinya sama = IMPOR.

Artinya dalam neraca ekonomi kita negatif. Ada rupiah yang mengalir keluar. Bukan devisa yang justru datang.

Oke, katakanlah menurut anda biaya mendatangkan artis Korea itu tidak mahal (boleh tahu berapa persisnya, Pak? Kabar di media konon katanya 6 MILYAR! WOW!!! Mahal banget ya?). Mari kita bandingkan dengan nilai tambah yang diharapkan VS nilai tambah realita yang didapatkan.

Kedatangan artis Korea itu dalam rangka apa? Kick off count down menuju Asian Games 2018? Dan karena event nya Asian Games maka artis yang diundang juga berasal dari negara-negara peserta Asian Games?!

Wah, saya baru tahu kalau ada yang seperti ini. Asian Games sudah berkali-kali digelar, Indonesia pun BUKAN BARU PERTAMA KALI akan jadi tuan rumah. Sudah pernah dulu, coba sedikit buka catatan sejarah.

Kalau perlu, tengok juga bagaimana negara tetangga menyelenggarakan Asian Games. Adakah gebyar konser musik mengundang artis ternama asal negara-negara peserta? Berlebihan rasanya, bagi sebuah negara yang sedang DILILIT HUTANG, bahkan sampai dana haji pun akan dipakai untuk membangun infrastruktur, itu kan artinya negara kita sedang TONGPES alias BOKEK!

Oke kalau negara kita sedang surplus, devisa berlimpah, tidak dibayangi hutang yang jatuh tempo, tentu ide kreatif anda saya dukung.

Tapi dengan kondisi perekonomian negara sedang kembang kempis, infrastruktur kondisinya mengenaskan, yang baru dibangun pun ambruk, kemiskinan turun tapi yang turun hanyalah garis batasnya, maka rasanya tidak layak bangsa ini MENGIMPOR ARTIS ASING DENGAN BAYARAN MAHAL.

Saya pernah baca pernyataan Pak Triawan sendiri di sebuah media online, bahwa biaya mendatangkan artis tersebut cukup mahal.

Miris, Pak. Bayangkan satu keluarga (bukankah NKRI ini satu keluarga besar?!) yang sedang prihatin, bapaknya sedang pusing 777 keliling karena hutang jatuh tempo sudah di depan mata, debt collector siap menjemput, si ibu sibuk nyari celah apalagi yang bisa diirit, belanja sudah dipangkas sana sini tetap saja tak mampu menambal kebutuhan rumah tangga, eeeh..., kok ndilalah salah satu anak malah mau bikin pesta mengundang artis dangdut koplo buat bikin panggung di depan rumah, biar kelihatan rumah tangga kita masih "cetar membahana", hebat, sukses. Ckckck...

Nama baik bangsa dan negara Indonesia yang akan DIPROMOSIKAN sang artis, bukankah itu yang anda harapkan, Pak Triawan? Bagus dan mulia harapannya.

Meski menurut saya agak "to good to be true" ada artis asing kok malah mempromosikan dan mengharumkan nama bangsa lain yang hanya mengundang dia sebagai tamu.

Bagi sang artis, relasinya adalah relasi "DAGANG", saya jual, anda beli! Kalo harga cocok, kita deal, saya manggung di negara anda, menghibur penonton dari bangsa anda, selesai! Tak ada kewajiban saya mempromosikan nama baik bangsa anda. Mungkin begitu yang ada di benak sang artis asing. Apalagi dia remaja, ogah mikir yang ribet-ribet. Bukankah memang begitu generasi K-pop?! Hanya tahu jejingkrakan.

Misi semacam itu lebih tepat jika disandangkan di pundak artis nasional asal Indonesia yang punya jiwa nasionalisme, tidak selengekan dan bikin malu di negeri orang.

Kembali ke si artis Korea. Oke, dia sudah terlanjur disewa untuk tampil. Begitu dijemput di bandara, ada insiden memalukan di bandara Internasional Soekarno Hatta. Dada dan pantat sang artis dicolek salah seorang penggemar. Si artis pun langsung koar-koar di akun medsosnya bahwa dia DILECEHKAN DI BANDARA INDONESIA.

Aduuuh..., bagaimana ini Pak Triawan?! Bukankah ini PROMOSI NEGATIF bagi Bandara Soetta?!
Bayangkan, seorang artis yang resmi diundang lembaga negara, dijemput panitia, masih bisa mengalami pelecehan seksual, organ tubuhnya yang sensitif bisa dengan mudah diraba orang lain tanpa ijin.

Ini amat sangat memalukan sekali, Pak Triawan !

Memalukan bukan hanya bagi si pelaku yang mungkin setelah berhasil meraba dia langsung surut selangkah dan tenggelam diantara ribuan fanboy lainnya sambil cengengesan merasa SUKSES menjalankan misi gairah seksual remajanya.

Ini MEMALUKAN BAGI BANGSA INDONESIA, yang ketika saya SD dulu di buku PMP selalu dikenalkan sebagai bangsa yang berbudaya adiluhung, santun dan ramah tamah (ramah bukan = rajin menjamah).

Anda pasti merasa malu Pak Triawan. Itu sebabnya anda langsung meminta maaf. Anda tahu efeknya bangsa Indonesia akan jadi bahan bullying masyarakat Asean, Asia bahkan dunia sebagai bangsa yang norak dan tidak tahu sopan santun, tidak punya etika terhadap tamu.

Anda minta maaf pada sang artis, manajemennya, atau siapapun itu.

Tapi anda lupa MEMINTA MAAF PADA BANGSA INDONESIA sendiri!!!

Ya, anda WAJIB meminta maaf pada bangsa ini Pak Triawan.

Nah, sekarang nasi sudah menjadi bubur. Bubur basi pula.

Issu yang booming bukan nama baik Indonesia, melainkan TIDAK AMANNYA BANDARA SOETTA DARI PARA PELAKU PELECEHAN SEKSUAL.

Sementara uang dari kas negara sudah mengalir ke rekening sang artis dan manajemennya.

Lalu, neraca surplus ekonomi macam apa yang bisa dibanggakan oleh Badan Ekonomi Kreatif?!

Anda terpaksa meminta maaf. Itu artinya anda menyesalkan kejadian di Bandara Soetta yang telah MENCORENG WAJAH BANGSA INDONESIA seluruhnya, bukan hanya fanboy SNSD atau Taeyeon saja.

Kami tunggu penyesalan anda selanjutnya, Pak Triawan.

Mintalah maaf pada bangsa Indonesia seluruhnya, karena uang milyaran yang keluar tidak membawa kemaslahatan, justru mengundang cacian.

Terlebih, mintalah maaf pada Ibu ELLY RISMAN yang nasehatnya sudah anda abaikan. Bahkan Bu Elly jadi bahan bullying remaja penggemar SNSD, yang mungkin cuma bisa gigit jari melihat idolanya dilecehkan.

Semoga ke depan para penyelenggara negara ini bisa lebih arif menimbang acara apa yang akan digelar, karena itu pakai dana negara, duit rakyat.

Kalau promotor swasta yang mendatangkan, gak ada urusan dengan duit rakyat.

Dan terlebih lagi, semoga para penyelenggara negara kita bukan orang yang tidak mau mendengar nasehat dan masukan dari orang tua.

Agar kita tidak jadi bangsa yang KUWALAT!

Salam dari saya, rakyat yang kecewa dengan "hasil" mengundang artis asing. Gak ikut euphoria tapi ikut menanggung malu akibat kelakuan fanboy artis Korea.

20 Agustus 2017
(Iramawati Oemar) 

[pid]
loading...

Subscribe to receive free email updates:

loading...