Australia Sukses Jadi Raja Garam karena Teknologi, RI Masih Manual
Pemerintah akhirnya membuka keran impor garam konsumsi untuk mengatasi kelangkaan garam selama beberapa waktu terakhir ini. Sebanyak 75.000 ton garam konsumsi dari Australia siap masuk ke Indonesia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Petambak Garam Nusantara (Aspegnu) Achmad Solechan mengungkapkan Australia menjadi negara dengan produksi garam terbesar di dunia. Dari segi produktivitas dan kualitas, garam Australia memang lebih baik dibandingkan dengan garam Indonesia. Hal ini terjadi karena musim panas di Australia lebih merata dibandingkan Indonesia. Selain itu, Australia juga menggunakan teknologi yang membuat produksi garam lebih banyak dan berkualitas.
"Secara kualitas memang Australia lebih baik dari rata-rata garam rakyat kita. Mereka musim panasnya lebih banyak dari kita, mereka juga pakai teknologi sehingga lebih bagus hasilnya merata," ujar Solechan saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Jumat (4/8).
Selanjutnya ia juga mengatakan, Australia memiliki produksi garam yang kualitasnya merata. Sementara Indonesia bervariasi, tergantung tingkat dan jenis yang dibutuhkan.
"Kalau kita kan bervariasi, memang ada yang untuk produksi, untuk konsumsi, jadi jenisnya beda-beda, ada yang halus dan kasar," jelasnya.
Dia menjelaskan faktor cuaca di Indonesia yang tak menentu turut mempengaruhi kualitas garam. "Garam kita kalah dari Australia karena teknologi dia lebih canggih, kita semuanya manual sampai tahap distribusi juga masih manual," ucap dia.
Meski demikian, ia meminta pemerintah untuk selalu mengawasi kegiatan impor garam konsumsi. Sehingga nantinya masyarakat tidak lagi dirugikan karena kelangkaan garam.
"Pemerintah harus terus kawal, harus terus mengawasi supaya benar-benar garam konsumsi izinnya yang sampai ke masyarakat. Jangan sampai malah garam produksi yang rembes ke garam konsumsi," tutur Solechan.
loading...
loading...