Kemesraan Prabowo-SBY Ancaman Bagi Jokowi



Rencana pertemuan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono malam nanti, dijadwalkan pukul 20.30, Kamis (27/07/2017), mengindikasikan cairnya hubungan dua jenderal tersebut.

Tersebar kabar bahwa keduanya secara pribadi tak dapat sepenuhnya akur karena luka lama saat masih menjalani pendidikan militer. Oleh karena itu, meskipun tampak beropisisi dengan PDIP-Megawati, SBY juga tampak tak bisa mesra dengan Prabowo.

Pada pertemuan nanti malam, SBY-Prabowo dikabarkan akan mendiskusikan dua isu utama, yaitu UU Pemilu yang baru saja disahkan DPR dan potensi berkoalisi pada Pemilu 2019.

Pertemuan tersebut dilakukan atas inisiasi Prabowo beberapa waktu lalu, dan baru akan terlaksana malam nanti. SBY, baik di militer maupun di politik adalah senior Prabowo. Oleh karena itu, dia tampak mengalah untuk mendatangi kediaman mantan presiden dua periode itu.

Dua momentum besar yang tampak menyatukan Gerindra-Demokrat adalah walk out pada rapat paripurna dengan agenda pengesahan Rancangan Undang-Undang Pemilu pada 21 Juli kemarin. Kedua adalah pelimpahan suara wakil Partai Demokrat Agus-Sylvi kepada pasangan Anies-Sandi yang disokong Gerindra.

Gerindra sampai hari ini masih kukuh akan mencalonkan Prabowo sebagai capres, sedangkan  Demokrat mengaku baru akan menentukan capres dan cawapres setelah melihat hasil survei elektabilitas. Seperti biasanya, Demokrat akan membuat keputusan dengan hati-hati dan cenderung lambat, khas cara berpikir SBY.

Apa pun hasilnya nanti, yang jelas pertemuan Prabowo-SBY membawa dua sinyalemen positif. Pertemuan ini patut kita pandang baik karena mencontohkan sikap elit partai yang saling menghormati di tengah perbedaan. Kedua, pertemuan ini baik bagi kedua partai apabila menghasilkan kesepakatan koalisi.

Pukulan bagi Jokowi

Bersatunya Gerindra-Demokrat akan menjadi lawan seimbang bagi potensi koalisi PDIP-Golkar nanti. Sementara itu, partai-partai menengah akan ikut di belakang menjadi penggenap.

PDIP sendiri sudah merasakan kekalahan telak di Pilkada DKI tahun ini, dan bukan tidak mungkin pada Pilpres 2019 nanti kedua partai akan berhasil menggugurkan kembalinya Jokowi ke kursi RI-1.

Menyusul presidential thresold 20 persen, setiap partai harus koalisi karena pada Pileg 2014, tak satu pun partai menembus angka tersebut, bahkan PDIP sebagai pemenang hanya memperoleh 18,95 persen. Sementara itu, Gerindra di urutan kedua mendapatkan 14,17 persen, dan Demokrat 10,19 persen.

Apabila koalisi terjadi seperti pada Pilkada DKI, Pilpres 2019 pasti akan lebih panas dari 2014. Dengan skenario seperti ini, kemenangan sepertinya akan lebih banyak ditentukan siapa wakil dari Jokowi.

loading...

Subscribe to receive free email updates:

loading...