Ini Jawaban Rachland Nashidik Untuk Buzzer Jokowi



Pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto membuat Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik berseteru dengan akun Twitter @digembok.

Dalam sejumlah kicauannya, akun yang diduga merupakan bagian dari pendukung pemerintahan Jokowi menyoal mengenai pendirian Rachland tentang sosok Prabowo Subianto. 

Berbekal catatan tweet Rachland yang diunggah tahun 2014, @digembok mempertanyakan pendirian Rachland tentang Prabowo yang pada hari Kamis (27/7) lalu bertemu SBY. 

Rachland menilai akun anonim @digembok merupakan buzzer Jokowi yang selama ini menebar kampanye permusuhan bahkan fitnah pada SBY dan keluarga serta Partai Demokrat.

"Pengelola akun anonim @digembok adalah barisan pendukung fanatik Jokowi. Mesti diingat, Jokowi berkuasa dalam persekutuan dengan Jenderal-Jenderal Orba yang namanya tersangkut pelanggaran HAM. Maka pengelola akun anonim itu tak memiliki dasar moral untuk menyoal moralitas orang lain," jelasnya kepada redaksi, Sabtu (29/7).

Selain itu, Rachland menegaskan bahwa pendirian moralnya pada Prabowo tidak berubah. Namun pada kenyataan saat ini, Prabowo melakukan banyak hal baik, termasuk menolak Perppu pembubaran Ormas dan UU Pemilu yang dinilai inkonstitusional.

"Itu membuat posisi politik Partai Demokrat lebih dekat pada Pak Prabowo," sambungnya.

Namun begitu, Rachland menegaskan bahwa pertemuan antar elit itu dilakukan bukan untuk membicarakan koalisi Pilpres 2019. Ia menepis anggapan @digembok yang menuduh bahwa ada agenda koalisi 2019 dalam pertemuan itu sehingga menyebut Rachland telah menjilat ludah sendiri. Pasalnya, dalam kicauan di 2014, Rachland menilai bahwa berkoalisi dengan Prabowo adalah hal yang salah.

"Partai Demokrat dan Partai Gerindra (hanya) sepakat untuk bekerjasama mengontrol pemerintah, dalam pengertian menjadi oposisi demokratik yang absah secara konstitusional," jelasnya.

Selanjutnya, Rachland menyebut bahwa sebagai kader Demokrat, dirinya dibebaskan untuk memiliki pendirian moral dan politik yang bisa berbeda. 

"Dalam berbagai forum pengambilan keputusan partai, saya menyuarakannya dan tidak pernah menyembunyikannya. Sebagai kader, saya juga terikat dan setia pada keputusan yang pada akhirnya diambil oleh forum pimpinan partai," pungkasnya.[rmol]
loading...

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

loading...