Massa Ahok Dianggap Terbagi Empat Kelompok,"Dari Kelompok Kaget Sampai yang Mengatasnamakan Kebhinekaan"



Pengamat Politik Hendri Satrio menilai pada dasarnya massa yang ikut berdemo pasca vonis Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok baik di dalam maupun luar negeri, terbagi dalam empat kelompok.

"Pertama kelompok yang ingin Indonesia kembali adem ayem, damai selalu. Tanpa gejolak politik yang keras. Kelompok ini juga paham bahwa Jokowi harus dikawal hingga 2019," katanya kepada INILAHCOM, Senin (15/5/2017).

Kelompok kedua adalah kelompok yang menyuarakan dukungan untuk Ahok murni. Ini adalah kelompok yang memang menjadi pendukung setia Ahok, kelompok yang memuji Ahok apapun kondisinya.

"Kelompok inilah yang merupakan kelompok kaget, mereka dua kali kaget, pertama Ahok kalah di Pilgub dan Ahok divonis lebih tinggi dari hakim," ujarnya.

Ketiga adalah kelompok abu-abu dengan maksud kepentingan lain yang belum jelas namun mengatasnamakan kebhinekaan. Dukungan abu-abu digunakan karena kelompok ini tidak berani terbuka dan terus terang tujuan ikut aksi.

"Kelompok ini sering berteriak NKRI harga mati tapi saat ditanya kelompok mana yang ingin memecah NKRI maka jawaban tidak jelas serta biasanya langsung menunjuk kelompok yang mereka anggap radikal. Kelompok ini juga sering berteriak bahwa ada usaha untuk menggulingkan Jokowi sebelum 2019. Jadi, kelompok ini nembaknya kemana-mana," jelasnya.

Terakhir adalah kelompok tidak sensitif dan menjurus makar. Salah satu contoh adalah kelompok yang justru menyoraki dalam makna negatif kala suara adzan fberkumandang di Palembang.

"Ini mulai terlihat misalnya, bila benar ada kelompok yang meneriaki "hu!" Saat suara azan di Palembang seperti yang viral di medsos. Atau kelompok seperti yang menginginkan Minahasa Merdeka, kelompok yang dicitrakan punya keinginan makar. Nah mengenai apakah ada kelompok lain yang tidak murni, mungkin aparat hukum lebih paham," ulasnya.

Diketahui, pasca kekalahan di Pilgub DKI dan vonis 2 tahun penjara dalam kasus penistaan Agama, kini Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sedang mendapatkan anugerah politik yang luar biasa. Mungkin dia sendiri tidak menyangka akan terjadi seperti ini.

Hari-hari ini di berbagai kota di Indonesia para pendukungnya (Ahoker) turun ke jalan sambil penuntut pembebasan diri sang ketua.

Tak hanya di berbagai kota di Indonesia, fenomena tersebut juga terjadi di beberapa negara. Di Australia aksi mendukung Ahok berlangsung di Sydney, Canberra, Perth, Melbourne dan Adelaide. Di Washington DC dan San Fransisco, AS, juga berlangsung aksi serupa.

Masyarakat Indonesia di Kanada juga menggelar aksi serupa. Tak ketinggalan di beberapa kota di Belanda, juga Seoul (Korea Selatan) dan Taipei (Taiwan).

Kini, Ahok tidak hanya mendulang ketenaran hingga ke luar negeri, tetapi telah mendapatkan anugerah politik tertinggi, yakni fanatisme. Begitu cepat, dan sangat luar biasa.

Tapi belakangan hal-hal yang dianggap aneh mulai terxium. Diantaranya, apa yang dilakukan oleh para Ahoker di depan Rutan Cipinang dan kemudian pindah ke depan Markas Komando (Mako) Brimob di Kelapa Dua, Depok.

Mereka melakukan unjuk rasa yang menabrak semua aturan. Dari pagi sampai tengah malam. Dan, itu semua dibiarkan oleh aparat kepolisian. Bahkan, seorang Ahoker melakukan orasi yang mengecam rezim Jokowi lebih buruk dari rezim SBY.

Spekulasi pun muncul. Hal ini tidak dilakukan oleh para Ahoker murni. Ini pun dikaitkan dengan siapa yang meretas situs Tempo, siapa yang meng-hack situs pendaftaran SBMPTN 2017, siapa yang mengirim ribuan bunga dan balon ke Balai Kota DKI. Semua itu dianggap bukan dilakukan oleh para Ahoker murni.

Aksi ini diduga dilakukan kelompok-kelompok yang sedang memanfaatkan Ahoker untuk tujuan yang lebih besar. Salah satunya untuk mengadudomba Jokowi dan Ahok. Pasalnya lewat aksi ini terkesan telah terjadi pecah kongsi antara Jokowi dan Ahok



loading...

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

loading...