Cabut Subsidi Listrik 900 VA, Pemerintahan Jokowi Sangat Kejam



Masyarakat Sei Rampah, Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara Rahmat G Hasibuan mengeluhkan kebijakan pemerintah yang mencabut subsidi listrik golongan 900 VA yang dilakukan sejak Januari silam.

Dia merasa dampak langsung maupun tak langsung yang dibebankan kepadanya semakin berat. Mengingat energi listrik merupakan kebutuhan pohok, sehingga mempengaruhi kenaikan harga lainnya. Selain memang secara langsung beban tagihan pemakaian listrik menjadi lebih besar.

“Listrik adalah kebutuhan pokok. Dengan kenaikan tarif listrik telah menaikkan biaya kebutuhan lainnya, padahal penghasilan masyarakat tidak mengalami peningkatan. Jadi Ini sangat menyusahkan masyarakat,” katanya kepada Aktual.com, Kamis (25/5).

Kemudian dia mengatakan bahwa kebijakan pemerintahan Jokowi sangat kejam kepada rakyat. Rakyat dibuat menjadi tak berdaya. Belum lagi pada bulan Juli mendatang akan ada kenaikan tarif lagi sebagaimana yang telah ditetapkan pemerintah sebagai skema pencabutan subsidi.

Sebelumnya, kebijakan pencabutan subsidi ini dilakukan melalui skema bertahap. Pada awalnya tarif listrik 900 VA masih berada pada harga Rp586/kWh, namun pada tahap pencabutan pertama, yakni periode Januari-Februari, harga menjadi naik sebesar Rp790/kWh.

Lalu pada periode kedua, Maret- April melonjak sekitar 38 persen dan menjadi Rp1000/kWh. Untuk periode ketiga pada bulan Mei, mengalami kenaikan hingga 24 persen denga tarif Rp1,352/ kWh. Setelah itu, pada periode ke Empat, atau periode terakhir, tarif listrik mengikuti skema adjustment, dengan begitu pemerintah telah mencabut subsidi 100 persen.

“Kejam sekali rasanya mereka yang punya wewenang menaikan tarif listrik. Masyarakat pun nggak punya pilihan. Sadis sekali.”

Terkait hal ini, Institute for Development of Economic and Finance melihat kebijakan pemerintah menaikkan tarif listrik 900 VA secara bertubi-tubi telah membawa dampak buruk bagi perekonomian nasional.

Kenaikan tarif tersebut bersentuhan langsung pada masyrakat menegah kebawah, sehingga daya beli yang sejatinya sudah lemah akan semakin terpukul

“Yang jelas kenaikan ini memicu inflasi dan akan semakin menekan daya beli masyarakat menengah ke bawah,” kata peneliti INDEF Eko Listiyanto. 



loading...

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

loading...