Sri Mulyani: I Love untuk Tidak Ngutang, Tapi Harus Pangkas Belanja-belanja Negara



Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga sepakat untuk tidak menambah utang. Tapi kebutuhan untuk mendorong ekonomi Indonesia dan kondisi keuangan negara memaksa harus adanya pembiayaan dari luar penerimaan negara, yaitu utang. 

"Saya tahu mahasiswa di media sosial paling sering bilang, ibu Sri Mulyani jangan ngutang terus," ujarnya dalam kuliah umum di depan mahasiswa ITB, Bandung, Jumat (24/3/2017). 

"I love untuk tidak ngutang. Tapi apa jadinya kalau saya tidak ngutang. Saya harus pangkas belanja-belanja ini," tegas Sri Mulyani.

Untuk periode 2017, belanja pemerintah mencapai Rp 2.080,5 triliun. Sementara pendapatan dalam negeri Rp 1750,3 triliun. Sehingga harus ditutup utang sebesar Rp 330,2 triliun. "Setahun kita nambah utang Rp 330 triliun," ujarnya.


Untuk itu, Sri Mulyani harus memastikan setiap rupiah yang negara keluarkan harus memberikan hasil terhadap perekonomian. Misalnya ketika disediakan uang untuk membangun jalan, maka harus sesuai bahkan diharapkan lebih dari target.

"Ketika saya akan kasih belanja, itu harus dipastikan itu berjalan nggak. Sama kayak di rumah tangga, kasih uang buat anak, dipastikan enggak dia kuliah," jelasnya.

Apalagi Indonesia memiliki persoalan sama seperti negara berkembang lainnya. Ada masalah dalam manajemen, tata kelola ataupun organisir dari anggaran. Seringkali muncul upaya untuk meminta anggaran yang jauh lebih besar dari proyek atau program yang akan dijalankan.


"Masalah ini hampir terjadi di semua negara berkembang," tegasnya.


Pengelolaan utang bukan masalah sederhana. Di samping memastikan belanja tepat sasaran, utang setiap tahunnya harus dibatasi. Adalah dengan membatasi defisit anggaran 3% terhadap PDB. Yunani, kata Sri Mulyani hancur karena tidak bisa mengelola utang.

Beberapa negara lain juga sempat kelabakan karena utang yang tidak terkendali. Sebut saja India yang meskipun ekonominya tumbuh 7%, namun defisit anggarannya di atas 6%. Begitu juga Brasil, bahkan lebih buruk karena ekonominya dalam resesi.

"Indonesia meskipun defisit 2,4% masih bisa tumbuh 5%," pungkasnya. 

sumber : detik


loading...

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

loading...