Raja Salman Bawa Investor Imbangi Investasi China


Kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia untuk membantu Indonesia dengan investasi dalam pembangunan infrastruktur mencapai US$ 25 Miliar atau setara Rp 332,5 Triliun. Investasi Arab Saudi ini kedepannya diharapkan mampu mengimbangi investasi China di negeri ini. Pada triwulan III-2016, nilai investasi Cina di Indonesia mencapai US$ 1,6 juta berada pada peringkat tiga besar investasi setelah Singapura dan Jepang.

Kehadiran Raja Salman bukan hanya untuk meningkatkan kerja sama antar negara secara umum. Namun, secara khusus Presiden Jokowi berusaha menggaet investasi semaksimal mungkin dari Arab Saudi ke Indonesia.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, kehadiran Raja Arab Saudi pada kali ini sangat strategis.
Apalagi, sejumlah proyek energi telah dilirik oleh negara tersebut. “Walaupun mungkin jumlahnya tidak besar secara nilai, investasi di sektor energi lebih berkualitas karena punya multiplier effect,” ujarnya.
Pengamat ekonomi politik Zulfikar Ahmad meyakini, di masa yang akan datang, investasi Arab Saudi di Indonesia akan semakin meningkat sehingga bisamengalahkan China, dan negara-negara Timur Tengah lainnya.
“Investor Arab akan ramai-ramai menanam modalnya di negeri ini karena cadangan kekayaan sumber daya alam kita masih sangat berlimpah. Negeri ini menjadi pilihan utama pengusaha Arab untuk menanam modalnya,” kata Zulfikar kepada Harian Terbit, Kamis (9/3/2017).

Tak Saingi China
Dihubungi terpisah, pengamat kebijakan publik dari Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman mengatakan, kedatangan Raja Salman dan rombongan besarnya memang membuat rakyat Indonesia terkesima. Apalagi dalam pandangannya kedatangan Raja Arab akan membawa investasi besar puluhan miliar dolar untuk menginvestasikan pada proyek proyek infrastruktur di Indonesia.
Yusri mengemukakan, Arab Saudi sedang sekarat. Menuutnya, saat ini Arab Saudi sedang menjual obligasi dan ikut investasi seperti dikilang Cilacap USD 5 miliar dan di Industri hilir Petrokimia di Malaysia USD 7 miliar. Oleh karena itu kedatangan Raja Salman ke Indonesia lebih kepada tujuan mencari sumber penerimaan baru diluar ketergantungan dari jual produksi minyak di negaranya.
“Lawatan Raja Salman ke Indonesia, Malaysia, Brunai, Jepang dan China, lanjut Yusri,  selain mencoba membuka peluang ekonomi baru untuk mengamankan penerimaan negaranya dari sumber utama menjual minyak dan juga untuk persiapan IPO Saudi Aramco melepas sebesar 5% sahamnya ditahun depan,” katanya.
Sementara itu aktivis  Edysa Tarigah Girsang mengatakan,  Raja Salman yang membawa investor Arab pada hakekatnya adalah perang kekuatan kapitalisme global untuk menguasai Indonesia.
"Pemerintah hari ini ternyata masih bergantung dengan modal asing. Sehingga kepentingan asing sangat mudah dan terus menghisap isi alam raya Indonesia," kata Edysa yang juga Ketua Badan Relawan Nusantara.
Edysa menegaskan, saat ini sudah seharusnya rakyat Indonesia bangkit dengan kaki sendiri sehingga tidak berharap bantuan apa lagi hutang dari negara lain.
Berbagai kalangan menyambut kedatangan Raja Salman ke Indonesis dengan membawa investor. “Selain nilainya yang fantastik, investasi Arab juga tidak akan diiringi pengiriman tenaga kerja Arab seperti investor dari negara lain. Namun, semua investasi yang masuk harus untuk kesejahteraan rakyat Indonesia,” kata Ipang, aktivis dari ‘Indonesia Sejahtera”.

Investasi
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan bahwa dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Raja Salman akan membahas beberapa hal, termasuk rencana investasi di sektor energi.
Tak hanya melakukan negoasiasi, kedua pemimpin Negara akan menyaksikan penandatanganan investasi Saudi Aramco dalam perluasan proyek kilang Cilacap senilai US$ 6 miliar. Selain itu, akan ada beberapa kontrak lain dengan nilai mencapai US$ 1 miliar.
"Ini contoh nyata hasil diplomasi Presiden dengan tim ekonomi," kata Lembong di kantor Kepresidenan, Jakarta, pekan lalu.
Data dari BKPM,  sepanjang 2016 realisasi investasi Arab Saudi hanya US$ 900 ribu atau sekitar Rp 11,9 miliar. Investasi itu terwujud dalam 44 proyek.
Dengan angka realisasi investasi itu, Arab Saudi berada di posisi 57 dalam daftar Negara investor di Indonesia. Posisi itu jauh dibandingkan realisasi investasi dari negara Timur Tengah lainnya seperti Kuwait yang mencapai 3,6 juta dolar AS. Posisinya masih kalah dari Singapura, Jepang, Korea Selatan, China, dan Amerika Serikat.

sumber : harianterbit

loading...

Subscribe to receive free email updates:

loading...