Jokowi Dicapreskan Golkar & Nasdem, PDIP Ketinggalan Kereta



Setelah Golkar, kini giliran Partai Nasdem yang terang-terangan akan mencapreskan kembali Jokowi di Pilpres 2019. Alasannya, Jokowi dianggap sukses menjalankan pemerintah dengan baik. Meski sudah didukung Golkar dan Nasdem, PDIP masih belum menentukan sikap ini. Kalau lelet memutuskan, lama kelamaan PDIP bisa ketinggalan kereta.

Keputusan mencapreskan kembali Jokowi terungkap saat Nasdem mendeklarasikan Walikota Bandung Ridwan Kami sebagai cagub Jabar dalam pilkada serentak 2018, di Bandung, akhir pekan lalu. Saat itu, Ketum Nasdem Surya Paloh menyatakan partainya mencalonkan Emil, sapaan Ridwan Kamil, karena Emil sudah menyepakati tiga syarat yang diajukan partainya. 

Satu di antaranya adalah jika terpilih, Emil ikut mendukung pemerintahan Jokowi yang sedang mempercepat proses pembangunan infrastruktur serta ikut mendukung Jokowi dalam Pilpres 2019. 

Rencana mencapreskan kembali Jokowi diamini Sekjen Nasdem Viktor Laiskodat. Dia bilang, sebagai partai pemerintah partainya pasti akan mencalonkan kembali Jokowi. Nasdem tak akan berpikir lain selain mencalonkan kembali Jokowi. Menurut dia, langkah ini bukan ikut-ikutan Golkar yang lebih dulu melakukan deklarasi, atau agar partainya ikutan terdongkrak. Alasan ini dilatari berbagai keberhasilan Jokowi yang mampu menjalankan pemerintahan dengan baik. "Stabilitias terjaga, kedaulatan bangsa terjamin, dan meraih prestasi yang baik," kata Viktor, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Sudah komunikasi dengan PDIP? Dia bilang secara resmi belum. Tapi pada saatnya nanti, hal ini akan jadi bahasan dengan partai koalisi pendukung pemerintah seperti PDIP, Hanura dan PKB. Meski PDIP belum menentukan sikap, dia yakin, Banteng juga nantinya akan mendukung Jokowi sebagai kadernya PDIP. 

Kapan deklarasinya? Ketua Fraksi Nasdem di DPR ini mengaku pada saatnya nanti akan digelar deklarasi sebagaimana mendeklarasikan Emil sebagai cagub Jabar. Selain itu juga dengan alasan menjaga kenyamanan Jokowi yang tengah bekerja. "Masih panjang waktunya. Mungkin nanti setelah pilkada 2018," ungkapnya. 

Keputusan Nasdem mencapreskan Jokowi ini sudah beberapa kali disampaikan Surya Paloh di berbagai kesempatan. Pada saat konsolidasi kader Nasdem di Papua, Februari lalu misalnya, Paloh kembali menegaskan partainya akan mencapreskan Jokowi. "Tanpa perlu kita pasang spanduk, kita akan mendeklarasikannya pada malam hari. Kita calonkan Presiden Joko Widodo, calon yang punya hati," kata Paloh. 

"Siapa wakil presidennya, nanti kita lihat. Syukur-syukur ada dari Partai Nasdem," sambungnya. 

Sekadar latar saja, setelah terpilih sebagai Ketum Golkar pada Juli lalu, Setya Novanto langsung membuat kebijakan dengan mencapreskan Jokowi. Novanto meminta kepada pengurus dan kader Beringin di seluruh Indonesiamengkampanyekan keberhasilan pemerintahan Jokowi. Tak hanya itu, foto-foto Jokowi sudah dipajang di spanduk dan alat peraga kampanye, bersanding dengan para petinggi Golkar. 

Bagaimana tanggapan PDIP? Ketua DPP Hendrawan Supratikno mengaku mengapresiasi keputusan Nasdem. Menurut dia, keputusan Nasdem itu tak lepas dari kinerja Jokowi yang dianggap memuaskan. 

Hendrawan menganggap langkah Nasdem itu wajar saja. Partai pendukung pemerintah, sejatinya memang mendukung pemerintah. Dia bilang, partainya sama sekali tidak terganggu dengan sikap Nasdem tersebut. Apakah PDIP akan mencalonkan Jokowi kembali? Anggota Komisi XI DPR bilang, masih terlalu jauh untuk ngomongin pilpres saat ini. Lagi pula, keputusan soal capres ada di tangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. "Tapi melihat yang sudah sudah-sudah, PDIP biasanya yang akan menjadi gong-nya," kata Hendrawan, kemarin. 

Langkah Nasdem itu digunjingkan partai-partai pendukung pemerintah. Wasekjen PKB Daniel Johanikut mengapresiasi langkah tersebut. Meski begitu, partainya belum mau mengikuti jejak Golkar dan Nadem. Dia bilang partainya lebih memilih bekerja intuk menyukseskan pemerintahan Jokowi. "Kalau pun dianggap curi start yah enggak apa-apa kan. Tapi PKB lebih fokus sukseskan capaian-capaian kinerja pemerintahan dulu," kata Daniel, saat dikontak kemarin. 

Pengamat politik dari UIN Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago mengakatan ada beberapa alasan kenapa sejak jauh-jauh hari Nasdem memutuskan untuk mencapreskan kembali Jokowi. Dia menilai, saat ini Nasdem tak punya kader yang mumpuni untuk diusung ke tingkat nasional. Dalam tradisi partai, sebelum menentukan calon, selalu ada dialektika. Yaitu menjaring kader-kader terbaik untuk dimajukan atau ditawarkan untuk menjadi sang penantang calon kader lain. "Karena Nasdem tidak memilki kader sendiri, tentu harus ada alternatif yaitu mencalonkan dari kader lain," kata Pangi, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Selain itu, ada keuntungan yang ingin diraih Nasdem dengan mencapreskan Jokowi. Satu di antaranya adalah Nasdem akan aman dari isu-isu yang berkaitan dengan kasus hukum. Paling tidak, karena bagian dari koalisi, kasus-kasus yang melilit kader Nasdem tidak akan digoreng atau dimunculkan. Alasan lain, Nasdem berharap efek figur Jokowi bisa mendongkrak elektabilitas Nasdem di Pileg atau Pilkada. 

Masalahnya, apakah sudah terkonfirmasi figur Jokowi ini ikut mendongkrak elektabilitas partai atau tidak. Kalau belum terkonfirmasi, justru yang ada malah sebaliknya. Walaupun dalam berbagai kesempatan Nasdem selalu mengatakan menjunjung tinggi politik tanpa mahar, pastinya ada keuntungan lain yang ingin didapat. Dalam politik ada istilah "tak ada makan siang gratis". Siapa, bagaimana mendapat apa akan selalu beririsan. "Mungkin transaksinya tidak dalam bentuk uang, tapi bisa dalam bentuk lain," ujarnya. 

Pangi menilai langkah Nasdem ini tentu saja bikin PDIP, partai yang menaungi Jokowi kebakaran jenggot. Apalagi ada berbagai kabar beredar, Jokowi akan tengah menyiapkan partai sendiri, dengan Projo sebagai motor menarik orang-orang PDIP yang konsisten dan loyal kepadanya. Jika benar, maka PDIP akan semakin ketinggalan kereta.[rmol]

loading...

Subscribe to receive free email updates:

loading...