Makin Memanas Tidaknya Tensi Politik Tergantung Proses Sidang Ahok
MEDIA NKRI INFO -Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 memang sejak awal potensial memanas.
Pengamat Politik Djayadi Hanan melihat pertama, pilkada Jakarta berbeda dengan daerah lain yang menggunakan sistem satu putaran.
Di Jakarta berlaku sistem dua putaran yang potensial membuatnya kompetitif, terutama kalau ada putaran kedua.
"Kebetulan hanya tiga kandidat yang bertarung sehingga potensi dua putaran menjadi tinggi. Apalagi petahana, walaupun populer, mengalami kesulitan untuk memperoleh elektabilitas yang dominan, seperti ditunjukkan hasil berbagai survei," ujar Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) ini kepada Tribunnews.com, Selasa (26/12/2016).
Kedua, kata Djayadi, Pilkada Jakarta, meskipun peristiwa lokal, tapi bobotnya nasional. Akibatnya, perhatian semua pihak, tertuju ke jakarta. Ini potensial membuatnya memanas.
Ketiga, Pilkada Jakarta menjadi makin potensial panas karena petahana secara agama dan etnis adalah minoritas di Jakarta. Ini memungkinkan isu atau politik identitas muncul.
Biasanya kalau politik identitas muncul maka kompetisi potensial panas.
Dan yang terakhir, pilkada Jakarta menjadi makin panas karena kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan calon petahana.
Lalu bagaimana prediksinya untuk 2017? Menurut Djayadi, untuk 2017, makin panas tidaknya pilkada DKI tergantung pada proses sidang Ahok.
"Juga tergantung pada respon publik terhadap proses dan putusan sidang Ahok," kata Djayadi.
Karena menurutnya, apapun keputusannya, proses pilkada akan tetap cukup panas.
"Tapi dugaan saya, tidak akan sampai menimbulkan masalah keamanan yang serius apabila pihak Polri terus dapat menunjukkan netralitas dan wibawanya dalam mengawal proses pilkada," jelasnya.
loading...
loading...