Sering Kebakaran dan Mogok, Bus Cina Merek Zhongtong Kok Masih Dipesan 28 Unit
MEDIA NKRI INFO - Masuknya 28 unit bus merk Zhongtong berlogo Transjakarta di Tanjung Priok, menuai polemik. Pasalnya, bus dengan merk tersebut memiliki catatan kelam di bidang transportasi massal di Jakarta.
Bus merk Zhongtong diketahui sering mengalami kebakaran. Selain itu, bus asal China itu acap kali mengalami masalah mesin alias mogok.
Kasus terakhir, bus Zhongthong jenis gandeng mengalami kebakaran mesin pada Maret tahun lalu di seberang RS Medistra, tepatnya di depan Gedung Smesco UKM, Jakarta Selatan. Mobil dengan China yang sama juga mengalami mogok di Cililitan, Jakarta Timur, pada 29 Juni.
Melihat hal itu, tentu warga yang sering menggunakan bus Transjakarta bertanya, kenapa bus China tersebut dipesan lagi.
"Lha, kok dipesan lagi, kan bus merk itu sering kebakaran dan mogok. Seharusnya tak dibeli lagi. Utamakakan keselamatan penumpang dong," tegas warga Jakarta, Ismail.
Menanggapi hadirnya 28 unit bus Zhongtong ini, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono angkat bicara. Disebutkannya, bus dengan merk tersebut adalah pesanan Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) yang sempat tertunda pada 2013.
"Jadi yang bus (di Tanjung Priok), bus itu bukan (pesanan) Transjakarta. Lalu siapakah itu? Itu adalah bus (pesanan) PPD, kontrak tahun 2013," ujarnya.
Sumarsono menegaskan, dia tidak mengadakan unit bus Transjakarta baru. Keberadaan bus Zhongtong ini merupakan pengadaan bus di era lama.
"Untuk pengadaan bus baru, setahu saya nggak ada. Yang ada hanyalah komitmen dan perjanjian lama yang saya nggak tahu sampai kapan berlangsung," tuntasnya.
Sementara Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono membenarkan kalau bus China Zhongtong asal Tiongkok yang baru tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dipesan oleh Perum PPD. Bus tersebut adalah proyek lelang PPD dalam pengadaan unit bus Transjakarta tahun 2013.
Bus tersebut diadakan karena PPD ditetapkan sebagai salah satu operator pemenang lelang koridor I Transjakarta pada 2013.
"Ini busnya adalah bus yang dibeli Perum PPD untuk memenuhi kontrak tahun 2013," katanya.
Menurut Budi, pengadaan bus Zhongtong di tahun 2013 itu dilakukan sendiri oleh PPD secara mandiri, alias tidak ada campur tangan dari PT Transjakarta.
Terkait apakah ada sanksi jika mobil dengan merk tersebeut dioperasikan, Budi mengaku masih mendiskusikannya. PT Transjakarta juga belum menghitung besaran denda yang harus dipenuhi Perum PPD jika mengoperasikan bus asal Cina tersebut
"Yang saya tahu, saat ini masih ada satu kontrak PPD yang masih hidup. Artinya kalau dia mau mengadakan (bus) lagi memang masih bisa. Tapi konsekuensinya, Chinaa (Perum PPD) harus bayar denda atau ganti sesuatu, ya kita lihat saja nanti," kata Budi.
Nyok, Uji Dulu Kualitasnya Sebelum Digunakan Publik
Bus merek Zhongtong memiliki rekam jejak yang jelek dalam perjalanan sejarah layanan bus Transjakarta. Untuk itu, 28 unit sudah dipesan itu harus diuji kualitasnya.
"Harus benar-benar diuji kualitasnya terlebih dahulu sebelum bisa digunakan oleh publik. Aspek keselamatan dan kenyamanan penumpang harus diutamakan," tegas pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan.
"Kami tidak dapat membayangkan warga Ibukota menaiki bus yang mudah terbakar seperti itu,"tambahnya.
Tigor menyesalkan hadirnya bus asal China ini di Jakarta. Diharapkan masalah ini tidak terulang lagi ke depan.
"Ini sebuah kecerobohan. Saya mengecam keras pengadaan kembali bus transjakarta Zhong Tong asal China ini," tandasnya.
Sementara Direktur Utama PPD Pande Putu Yasa menegaskan, bus bermerek Zhong Tong asal China yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, merupakan armada baru sekalipun kontrak pengadaannya tahun 2013.
Ini tercermin dari kualitas mesin hingga persnelingnya tidak sama dengan bus serupa yang pernah mengalami masalah.
"Mesin yang digunakan merk Doosan asal Korea dan persnelingnya buatan Jerman. Karoserinya saja yang dirakit di China. Jadi, soal kualitas, bisa diadulah," ujar Pande.
Pande menuturkan, baru hadirnya 28 unit bus Zhongtong di pelabuhan tanjung priok berkaitan erat dengan kondisi keuangan PPD di tahun 2013. Bus-bus tersebut baru bisa hadir lantaran saat ini perusahaan pelat merah itu baru mengalami neraca keuangan yang baik.
Dia juga menjelaskan, bus tersebut merupakan pengadaan pada 2013 sebagai bagian dari kewajiban perusahaan lantaran berhasil memenangkan lelang rupiah per kilometer (Rp/km) pada 2013 silam.
Tender yang dimaksud adalah PPD ditetapkan sebagai salah satu operator koridor I Transjakarta pada 2013. Dengan demikian, lanjut Pande, PT Transjakarta wajib membayar PPD dengan nilai Rp21.000/km.
"Total bus merk Zhongtong yang kami beli 59 unit. Untuk tahap pertama, sudah masuk di pelabuhan (Tanjung Priok) 28 unit. Ini tender lama, tetapi semua armadanya baru," tuntasnya.
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Ruddin Akbar Lubis menilai, jika bus tersebut merupakan milik PPD maka pihak yang paling bertanggung jawab kalau bus itu nantinya mengalami masalah adalah PPD, bukan DKI.
Menurut Rudin, sikap keprofesional dalam tender kerja harus dijunjung tinggi. Apalagi jika tendernya dimenangkan oleh sebuah perusahaan plat merah.
"Kalau PPD punya itu berarti perusahaan tersendiri. PPD kan perusahaan, jadi kalau perusahaan tidak terikat oleh APBD, bisa saja kalau PPD tetap realisasi," ujarnya. ***
Kasus terakhir, bus Zhongthong jenis gandeng mengalami kebakaran mesin pada Maret tahun lalu di seberang RS Medistra, tepatnya di depan Gedung Smesco UKM, Jakarta Selatan. Mobil dengan China yang sama juga mengalami mogok di Cililitan, Jakarta Timur, pada 29 Juni.
Melihat hal itu, tentu warga yang sering menggunakan bus Transjakarta bertanya, kenapa bus China tersebut dipesan lagi.
"Lha, kok dipesan lagi, kan bus merk itu sering kebakaran dan mogok. Seharusnya tak dibeli lagi. Utamakakan keselamatan penumpang dong," tegas warga Jakarta, Ismail.
Menanggapi hadirnya 28 unit bus Zhongtong ini, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono angkat bicara. Disebutkannya, bus dengan merk tersebut adalah pesanan Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) yang sempat tertunda pada 2013.
"Jadi yang bus (di Tanjung Priok), bus itu bukan (pesanan) Transjakarta. Lalu siapakah itu? Itu adalah bus (pesanan) PPD, kontrak tahun 2013," ujarnya.
Sumarsono menegaskan, dia tidak mengadakan unit bus Transjakarta baru. Keberadaan bus Zhongtong ini merupakan pengadaan bus di era lama.
"Untuk pengadaan bus baru, setahu saya nggak ada. Yang ada hanyalah komitmen dan perjanjian lama yang saya nggak tahu sampai kapan berlangsung," tuntasnya.
Sementara Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono membenarkan kalau bus China Zhongtong asal Tiongkok yang baru tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dipesan oleh Perum PPD. Bus tersebut adalah proyek lelang PPD dalam pengadaan unit bus Transjakarta tahun 2013.
Bus tersebut diadakan karena PPD ditetapkan sebagai salah satu operator pemenang lelang koridor I Transjakarta pada 2013.
"Ini busnya adalah bus yang dibeli Perum PPD untuk memenuhi kontrak tahun 2013," katanya.
Menurut Budi, pengadaan bus Zhongtong di tahun 2013 itu dilakukan sendiri oleh PPD secara mandiri, alias tidak ada campur tangan dari PT Transjakarta.
Terkait apakah ada sanksi jika mobil dengan merk tersebeut dioperasikan, Budi mengaku masih mendiskusikannya. PT Transjakarta juga belum menghitung besaran denda yang harus dipenuhi Perum PPD jika mengoperasikan bus asal Cina tersebut
"Yang saya tahu, saat ini masih ada satu kontrak PPD yang masih hidup. Artinya kalau dia mau mengadakan (bus) lagi memang masih bisa. Tapi konsekuensinya, Chinaa (Perum PPD) harus bayar denda atau ganti sesuatu, ya kita lihat saja nanti," kata Budi.
Nyok, Uji Dulu Kualitasnya Sebelum Digunakan Publik
Bus merek Zhongtong memiliki rekam jejak yang jelek dalam perjalanan sejarah layanan bus Transjakarta. Untuk itu, 28 unit sudah dipesan itu harus diuji kualitasnya.
"Harus benar-benar diuji kualitasnya terlebih dahulu sebelum bisa digunakan oleh publik. Aspek keselamatan dan kenyamanan penumpang harus diutamakan," tegas pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan.
"Kami tidak dapat membayangkan warga Ibukota menaiki bus yang mudah terbakar seperti itu,"tambahnya.
Tigor menyesalkan hadirnya bus asal China ini di Jakarta. Diharapkan masalah ini tidak terulang lagi ke depan.
"Ini sebuah kecerobohan. Saya mengecam keras pengadaan kembali bus transjakarta Zhong Tong asal China ini," tandasnya.
Sementara Direktur Utama PPD Pande Putu Yasa menegaskan, bus bermerek Zhong Tong asal China yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, merupakan armada baru sekalipun kontrak pengadaannya tahun 2013.
Ini tercermin dari kualitas mesin hingga persnelingnya tidak sama dengan bus serupa yang pernah mengalami masalah.
"Mesin yang digunakan merk Doosan asal Korea dan persnelingnya buatan Jerman. Karoserinya saja yang dirakit di China. Jadi, soal kualitas, bisa diadulah," ujar Pande.
Pande menuturkan, baru hadirnya 28 unit bus Zhongtong di pelabuhan tanjung priok berkaitan erat dengan kondisi keuangan PPD di tahun 2013. Bus-bus tersebut baru bisa hadir lantaran saat ini perusahaan pelat merah itu baru mengalami neraca keuangan yang baik.
Dia juga menjelaskan, bus tersebut merupakan pengadaan pada 2013 sebagai bagian dari kewajiban perusahaan lantaran berhasil memenangkan lelang rupiah per kilometer (Rp/km) pada 2013 silam.
Tender yang dimaksud adalah PPD ditetapkan sebagai salah satu operator koridor I Transjakarta pada 2013. Dengan demikian, lanjut Pande, PT Transjakarta wajib membayar PPD dengan nilai Rp21.000/km.
"Total bus merk Zhongtong yang kami beli 59 unit. Untuk tahap pertama, sudah masuk di pelabuhan (Tanjung Priok) 28 unit. Ini tender lama, tetapi semua armadanya baru," tuntasnya.
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Ruddin Akbar Lubis menilai, jika bus tersebut merupakan milik PPD maka pihak yang paling bertanggung jawab kalau bus itu nantinya mengalami masalah adalah PPD, bukan DKI.
Menurut Rudin, sikap keprofesional dalam tender kerja harus dijunjung tinggi. Apalagi jika tendernya dimenangkan oleh sebuah perusahaan plat merah.
"Kalau PPD punya itu berarti perusahaan tersendiri. PPD kan perusahaan, jadi kalau perusahaan tidak terikat oleh APBD, bisa saja kalau PPD tetap realisasi," ujarnya. ***
loading...
loading...