Good Agricultural Practices: Kunci Nestlé Dukung Bisnis Kopi Berkelanjutan di Indonesia
MEDIA NKRI INFO -Sejak tahun 1994, Nestlé telah bekerjasama dengan petani kopi di Tanggamus dan Lampung Barat. Hingga kini, ada 20.000 petani kopi yang memasok biji kopi untuk salah satu produk Nestlé, yakni Nescafé. Dari 20.000 petani tersebut, 18.777 di antaranya telah memiliki validasi 4C (Common Code for Coffee Community). Hal ini dilakukan guna mendukung perkebunan kopi rakyat yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, Nestlé memberikan bantuan teknis bagi para petani untuk menerapkan praktik-praktik pertanian kopi yang baik atau dikenal dengan good agricultural practices. Pelatihan mengenai perawatan sebelum dan sesudah panen diberikan Nestlé untuk meningkatkan produktivitas. Di antaranya adalah dengan menyediakan bibit kopi berkualitas tinggi, bahkan hingga membuka akses finansial.
Nestlé juga bekerja sama dengan WWF untuk memberikan pendidikan konservasi dan peningkatan kapasitas kepada komunitas petani kopi. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup para petani kopi. Sekolah tani yang digelar sebulan sekali di kebun kopi Tanggamus, Lampung menjadi program Nestlé untuk memberikan berbagai pengajaran untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas biji kopi.
Oleh karena itu, Nestlé memberikan bantuan teknis bagi para petani untuk menerapkan praktik-praktik pertanian kopi yang baik atau dikenal dengan good agricultural practices. Pelatihan mengenai perawatan sebelum dan sesudah panen diberikan Nestlé untuk meningkatkan produktivitas. Di antaranya adalah dengan menyediakan bibit kopi berkualitas tinggi, bahkan hingga membuka akses finansial.
Nestlé juga bekerja sama dengan WWF untuk memberikan pendidikan konservasi dan peningkatan kapasitas kepada komunitas petani kopi. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup para petani kopi. Sekolah tani yang digelar sebulan sekali di kebun kopi Tanggamus, Lampung menjadi program Nestlé untuk memberikan berbagai pengajaran untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas biji kopi.
"Ada modul training Nestlé Better Farming Practices, kami juga input ke Departemen Pertanian untuk menjadi kurikulum nasional. Jadi kita mendorong contoh program berjalan, kami share bersama pemangku kepentingan di industri kopi, jadi semua industri bisa bekerja sama, bukan Nestlé saja. Kamijuga punya 13 agronomis untuk mendampingi petani. Menurut saya, ini wilayah pemerintah yang harus dibantu oleh swasta karena nyatanya di wilayah pertanian kekurangan petugas lapangan," tukas R. Wisman Djaja, Director Sustainability Agriculture Development & Procurement PT Nestlé Indonesia saat menemui petani kopi di Tanggamus, Lampung (3/12).
Wisman juga menjelaskan bahwa ada empat elemen yang harus dijalankan untuk mendukung perkebunan kopi rakyat yang berkelanjutan. Pertama, pengadan bahan tanam untuk program peremajaan kebun rakyat, pemberdayaan petani akan teknis budidaya yang berkelanjutan, penyediaan akses ke pasar, dan pembukaan akses perbankan.
Wisman juga menjelaskan bahwa ada empat elemen yang harus dijalankan untuk mendukung perkebunan kopi rakyat yang berkelanjutan. Pertama, pengadan bahan tanam untuk program peremajaan kebun rakyat, pemberdayaan petani akan teknis budidaya yang berkelanjutan, penyediaan akses ke pasar, dan pembukaan akses perbankan.
Selain teknis produksi kopi, Nestlé juga memberikan akses finansial dengan tujuan petani memiliki keunggulan kompetitif dalam perkembangan industri kopi. Dengan itu, Nestlé berkerja sama mengembangkan model financial ecosystem yang diharapkan bisa dikembangkan dan bekerja sama dengan pemerintah untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) di bidang pertanian.
Nestlé juga membuka akses perbankan dan pendanaan bagi 20.000 petani swadaya di Tanggamus, Lampung melalui layanan TCASH-BTPN Wow! Layanan ini merupakan inovasi yang memungkinkan pelanggan untuk bertransaksi tanpa uang tunai dan melakukan aktivasi perbankan di mana saja. Layanan yang juga bekerja sama dengan Telkomsel ini akan memberikan kemudahan akses finansial para petani yang merupakan pemasok biji kopi untuk Nestlé.
Nestlé juga membuka akses perbankan dan pendanaan bagi 20.000 petani swadaya di Tanggamus, Lampung melalui layanan TCASH-BTPN Wow! Layanan ini merupakan inovasi yang memungkinkan pelanggan untuk bertransaksi tanpa uang tunai dan melakukan aktivasi perbankan di mana saja. Layanan yang juga bekerja sama dengan Telkomsel ini akan memberikan kemudahan akses finansial para petani yang merupakan pemasok biji kopi untuk Nestlé.
Diharapkan petani kopi dapat mengelola pendapatan dari hasil tani dengan lebih baik.Bahkan, petani bisa mendapatkan pinjaman untuk meningkatkan produktivitas, misalnya dengan melakukan budidaya tanaman. "Sudah 4000 petani yang buka rekening BTPN dan nomor rekeningnya adalah nomor handphone petani. Jadi, sekarang pembayaran kopi bisa langsung diterima oleh petani. Tidak ada biaya yang hilang. Selain itu bisa disisihkan untuk mengatur biaya lain, misal pendidikan anak," ujar Wisman.
Bicara soal perkebunan kopi rakyat berkelanjutan, Wisman juga mengatakan bahwa Nestlé memasarkan kopi Lampung ke luar negeri. Sebanyak 75% kopi dipasarkan ke luar negeri. Bukan untuk keuntungan bisnis, tetapi membuka jalan ke pasar global. "15.000 ton kita dorong untuk masuk ke pasar dunia. Persaingannya beda 100 dolar per ton, lebih tinggi dari Vietnam. Kami sudah review harga 2x seminggu," paparnya di acara Apresiasi Petani 150 Tahun Nestlé di Pabrik Nestlé, Panjang, Lampung (3/12).
Akses finansial yang diberikan oleh Nestlé tentunya dirasakan memberikan dampak yang berguna bagi petani kopi. "Sekarang saya sudah tahu lebih banyak mengenai manfaat fasilitas perbankan. Saat ini saya sudah memiliki sebuah rekening bank yang saya gunakan untuk mengelola pendapatan dari hasil penelitian. Saya juga bisa mendapatkan pinjaman modal untuk membeli peralatan bertani. Sekarang saya mengelola lima hektar kebun kopi yang bisa memproduksi tujuh ton biji kopi setiap tahunnya. Dari hasil bertani tersebut, saya sudah berhasil menyekolahkan anak saya hingga jenjang SMA," ungkap Ferry Elfison, petani kopi mitra Nestlé.
Bicara soal perkebunan kopi rakyat berkelanjutan, Wisman juga mengatakan bahwa Nestlé memasarkan kopi Lampung ke luar negeri. Sebanyak 75% kopi dipasarkan ke luar negeri. Bukan untuk keuntungan bisnis, tetapi membuka jalan ke pasar global. "15.000 ton kita dorong untuk masuk ke pasar dunia. Persaingannya beda 100 dolar per ton, lebih tinggi dari Vietnam. Kami sudah review harga 2x seminggu," paparnya di acara Apresiasi Petani 150 Tahun Nestlé di Pabrik Nestlé, Panjang, Lampung (3/12).
Akses finansial yang diberikan oleh Nestlé tentunya dirasakan memberikan dampak yang berguna bagi petani kopi. "Sekarang saya sudah tahu lebih banyak mengenai manfaat fasilitas perbankan. Saat ini saya sudah memiliki sebuah rekening bank yang saya gunakan untuk mengelola pendapatan dari hasil penelitian. Saya juga bisa mendapatkan pinjaman modal untuk membeli peralatan bertani. Sekarang saya mengelola lima hektar kebun kopi yang bisa memproduksi tujuh ton biji kopi setiap tahunnya. Dari hasil bertani tersebut, saya sudah berhasil menyekolahkan anak saya hingga jenjang SMA," ungkap Ferry Elfison, petani kopi mitra Nestlé.
loading...
loading...