Komentar Cabul Trump Picu Pemilih Wanita Republik Beralih Dukung Hillary


MEDIA NKRI INFO - Pembelaan calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump soal komentar cabulnya dalam debat capres dianggap merendahkan wanita. Para pemilih terdaftar Partai Republik, terutama kaum wanita, memilih beralih mendukung capres Partai Demokrat Hillary Clinton.

Salah satunya seorang nenek berusia 71 tahun asal Virginia, bernama Esther Rosser, yang sepanjang hidupnya selalu memilih capres dari Partai Republik. Namun sejak akhir pekan kemarin, Rosser memutuskan untuk pertama kalinya memilih capres Demokrat, Hillary, dalam pilpres November mendatang.

"Saya tahu dia (Trump-red) meminta maaf, dan hal yang bisa Anda lakukan adalah meminta maaf, tapi seharusnya dia mengatakan lebih banyak lagi," ucap Rosser seperti dilansir Reuters, Selasa (11/10/2016).

"Dia tidak menghormati kami," imbuhnya, merujuk pada kaum wanita secara umum.

Puluhan pemilih wanita Partai Republik yang diwawancarai Reuters baru-baru ini, menunjukkan keragu-raguan untuk mendukung Trump atau Hillary dalam pilpres mendatang. Meskipun tidak semuanya memutuskan untuk mengalihkan dukungannya. 

Dalam survei informal yang dilakukan via telepon usai debat capres kedua pada Minggu (9/10) malam, kebanyakan pemilih wanita mengaku terkejut saat mengetahui rekaman video Trump tahun 2005 yang isinya membanggakan diri bisa mencium dan meraba wanita secara paksa. Video itu dirilis di situs The Washington Post pada Jumat (7/10) lalu.


Beberapa pemilih wanita juga mengaku tidak menyukai strategi Trump yang menyinggung skandal seks suami Hillary, Bill Clinton, saat berusaha membela perilakunya sendiri atau demi mengalihkan perhatian dalam debat capres. "Saya tidak suka saat dia menyerang Hillary terkait hal-hal yang dilakukan suaminya. Itu salah -- itu benar-benar salah," ucap seorang pensiunan asal Missouri, Connie Sasso (66). 

Dalam debat kedua, Trump mengaku dirinya malu atas komentar cabulnya dalam video yang beredar, namun dia berusaha membela diri dengan menyebut komentarnya hanyalah percakapan sesama pria. Trump juga menuding Hillary menyerang wanita-wanita yang menjadi korban kekerasan seks Bill yang menjabat Presiden AS selama dua periode tahun 1993-2001.

"Tidak sesuai dengan hati nurani saya untuk memilih seseorang dengan pola pemikiran seperti itu, untuk menjadi seorang presiden," tutur LeighAnn Chase (27) yang merupakan mahasiswa keperawatan dari Lakeland, Florida. Meski terdaftar sebagai pemilih Republik, Chase memutuskan untuk memilih Hillary dalam pilpres mendatang.

Patsy Bennewise (58) dari Arkansas sama sekali tidak pernah memilih Bill Clinton, suami Hillary, selama 10 tahun dia menjabat Gubernur Arkansas sebelum menjadi Presiden AS. Namun pengecualian akan dilakukannya pada pilpres November mendatang, karena Bennewise akan memilih Hillary.

"Dia (Trump-red) menjadikan pemilihan presiden sebagai ejekan," sebutnya.

 

dtk

loading...

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

loading...